﷽
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung
Kitab Ushul Sunnah - Imam Ahmad bin Hambal.
https://www.youtube.com/live/g4ZsalsuEks?si=aceHZW-nfPYDzbYl
Faidah-faidah dari mempelajari kitab-kitab aqidah ahlu sunnah para salaf :
1. Mengokohkan kita diatas pondasi yang kuat dengan Al Qur'an dan Sunnah.
2. Membentengi diri dari syubhat ahlul bid'ah.
3. Memahami aqidah dengan mudah (kitab aqidah ditulis para ulama dengan bahasa yang mudah dipahami).
4. Menguatkan hubungan antara kita dengan ulama-ulama salaf (penulis kitab).
5. Membentengi para pemuda dengan aqidah yang benar dan kokoh.
Menjauhi mendebat para pengikut hawa nafsu dan duduk bersama mereka, serta meninggalkan berdebat dalam agama.
1) Larangan duduk dengan pengikut hawa nafsu (ahlul bid'ah).
Agama ini bukan berdasarkan hawa nafsu, perasaan ataupun akal, agama ini berdasarkan wahyu dari Al Qur'an dan Hadist.
Sifat dasar manusia adalah lemah ;
QS. An-Nisa 28 :
يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah.
QS. Al Kahfi 28 :
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًۭا
Bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah engkau palingkan pandanganmu dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya melewati batas.
Hadist :
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api (pandai besi). Pembawa minyak wangi bisa jadi memberimu (minyak itu), atau kamu membeli darinya, atau kamu mencium bau harum darinya. Sedangkan peniup api bisa jadi membakar pakaianmu, atau kamu mencium darinya bau yang busuk. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil mengapa ulama melarang duduk dengan ahlul bid'ah :
QS. Al-An'am 68 :
وَإِذَا رَأَيْتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيْطَٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ ٱلذِّكْرَىٰ مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Apabila engkau melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan engkau lupa, maka janganlah engkau tetap duduk bersama orang-orang zalim itu setelah teringat.
Menurut sahabat Ibnu Abbas : Masuk didalam ayat ini adalah ahlul bid'ah.
Menurut Imam Al Syauqani : Terdapat pelajaran dalam ayat tersebut, apabila tidak dapat mengingkari kemungkaran yang mereka lakukan maka setidaknya jangan ikut duduk, agar tidak dijadikan alasan pembenaran oleh orang awam terhadap kebid'ahan mereka. Karena lebih besar mudharatnya dibanding duduk dengan ahli maksiat.
HR. al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad :
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
Larilah dari orang yang mengidap lepra sebagaimana engkau lari dari singa.
Sedangkan bid'ah lebih berbahaya daripada penyakit dunia.
Hadist riwayat Abu Dawud no. 4319 :
مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ
Barang siapa yang mendengar tentang (kemunculan) Dajjal, maka hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah, sungguh seseorang mendatanginya dalam keadaan merasa dirinya beriman, namun akhirnya ia mengikuti Dajjal karena terpengaruh oleh syubhat (keraguan dan tipu daya) yang dibawanya.
Dajjal memiliki 2 makna :
1) Dajjal akbar, yang keluar pada akhir zaman.
2) Dajjal dengan makna para pendusta (para ahlul bid'ah termasuk didalam kategori ini).
Hadist riwayat Ahmad no. 1473, Darimi :
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: أَتَى عُمَرُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَرَأَهُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَغَضِبَ وَقَالَ:
«أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيَضَاءَ نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَيُخَبِّرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ...»
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
"Umar datang kepada Nabi ﷺ dengan membawa sebuah tulisan dari ahli kitab (Taurat), lalu ia membacanya kepada Nabi ﷺ. Maka Nabi pun marah seraya bersabda:
'Apakah engkau ragu dan bingung, wahai Ibnul Khattab? Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku telah membawa ajaran yang putih bersih. Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang apa pun, karena bisa jadi mereka mengabarkan kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau mereka mengabarkan kebatilan lalu kalian membenarkannya…'"
Dalil dari ijma ulama ahlu sunnah :
- Nukilan Hasan. Al Basri : Jangan duduk dengan ahlul bid'ah, jangan mendebat mereka dan jangan mendengarkan mereka.
- Sikap Imam Ibnu Sirrin : Ketika ahlul bid'ah hendak membacakan satu hadist dari ahlul bid'ah, beliau tidak mau mendengarkan.
Mengapa para ulama melarang hal ini ?
"Karena hati itu lemah dan syubhat kencang menerpa".
Apa bahaya dari semua itu (duduk dengan ahlul bid'ah) ?
1. Dikhawatirkan terkena syubhat dan tak sanggup untuk membantah.
2. Menentang larangan Al Qur'an dan hadist.
3. Menjadikan kita mencintai mereka, padahal agama teman mempengaruhi seseorang.
المرءُ على دينِ خليلِه، فلينظرْ أحدُكم من يُخالِلْ
Seseorang itu berada di atas agama (gaya hidup) temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia berteman. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad. Dihasankan oleh al-Albani)
4. Menguatkan mereka dalam kebid'ahan.
5. Menjadi fitnah bagi orang-orang awam.
Syubhat adalah sallah satu penyakit hati yang berbahaya dan sumber kerusakan agama. Penyakit hati ada 2 :
1. Syubhat, kerancuan dalam agama yang menyerupai kebenaran.
2. Syahwat.
طُوبَى لِمَن كُفِيَ الفِتَنَ، ولِمَنِ ابْتُلِيَ فَصَبَرَ
Beruntunglah orang yang dijauhkan dari fitnah, dan beruntung pula orang yang diuji lalu bersabar.
(HR. Abu Dawud dan al-Hakim, disahihkan oleh al-Albani)
Bagaimana seorang muslim menyikapi syubhat :
1) Langkah sebelum terkena syubhat, adalah dengan menjauhinya, sebagaimana sikap ulama-ulama terdahulu.
2) Langkah bila terpapar syubhat adalah dengan melakukan hal berikut :
a) Hendaknya tegar.
b) Bergantung pada Allah dan banyak berdoa.
اللّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu. (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya. Dinyatakan hasan sahih oleh Tirmidzi)
c) Tidak larut menyimpannya, bersegera melepaskan diri.
d) Bersegera pergi mengobatinya, ke ulama Rabbani yang menguasai Al Qur'an dan As Sunnah.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
(QS. An-Nahl: 43 dan QS. Al-Anbiya: 7)
e) Pegang erat-erat kaidah pokok-pokok agama.
2) Larangan berdebat dengan ahlul bid'ah.
Debat atau jiddal terbagi 2 :
1. Debat yang tercela, yaitu jika debat untuk membantah kebenaran, memenangkan kebathilan, tanpa ilmu, tidak jujur atau dengan cara-cara yang kotor.
Dalilnya :
مَا يُجَادِلُ فِي آيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ۖ فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ
Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah selain orang-orang yang kafir. Maka janganlah engkau terperdaya oleh perjalanan mereka di negeri-negeri.
(QS. Ghafir: 4)
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الجَدَلَ
Tidaklah suatu kaum sesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berdebat.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dinyatakan hasan oleh al-Albani)
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, walaupun ia berada di pihak yang benar.
(HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
2. Debat yang diperbolehkan/ disyariatkan, jiddal bagi mereka yang memiliki ilmu yang kuat, dengan cara yang baik dan benar serta terdapat manfaat yang lebih besar dibandingkan mudharatnya, namun tetap dengan kaidah bahwa hukum asalnya adalah tetap menjauhi jiddal.
ادْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl: 125)
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya – dinyatakan hasan)
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Wednesday, July 30, 2025
Pokok - Pokok Akidah (Bagian 3)
Sunday, July 27, 2025
Tabligh Akbar - Makna Sebuah Kesabaran.
﷽
Di balik tangis yang tertahan,
ada pahala yang disiapkan.
Di balik lelah yang tak terlihat,
ada ampunan yang Allah janjikan.
Kesabaran bukan sekadar diam,
tapi menerima ketetapan-Nya dengan hati yang ridha,
dan terus melangkah dengan harapan akan balasan yang agung di sisi-Nya.
🎙 Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A. — Hafizhahullah
https://www.youtube.com/live/tSgrrwvePVE?si=_pDgjofcS2z_Hh0D
Surah Ali 'Imran (3) ayat 106
Arab: يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَـٰنِكُمْ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
Pada hari ketika wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah (lain) menjadi hitam. Adapun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam (kepada mereka dikatakan), 'Mengapa kamu kafir setelah beriman?' Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
Kelak diyaumil qiyamah Allah akan mengumpulkan manusia sesuai dengan golongannya, maka Ahlu sunnah juga Allah kumpulkan karena kesamaan aqidah dan manhaj.
Dzikrullah adalah bentuk mengingat Allah, diantara ciri ahlul Jannah
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِهَا خَرُّوا۟ سُجَّدًۭا وَسَبَّحُوا۟ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya, mereka menyungkur bersujud dan bertasbih memuji Tuhan mereka, sedang mereka tidak menyombongkan diri.
Sabar dalam makna bahasa : Menahan diri, dari semua perbuatan yang merugikan dirinya baik didunia maupun diakhirat, dan sabar itu pahit, seperti namanya yaitu buah Sobar, yang pahit rasanya namun bermanfaat / nikmat hasil akhirnya.
1. Sabar itu bertingkat-tingkat.
Manusia yang tingkat sabarnya paling tinggi adalah Ulus Azmi - dalilnya Al Ahqaf 35
فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةًۭ مِّن نَّهَارٍۢ ۚ بَلَـٰغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana para rasul yang mempunyai keteguhan hati telah bersabar (Rasul Ulul Azmi : Nuh, Ibrahim, Musa, Isa & Muhammad), dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan (kepada mereka), seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. Suatu penyampaian (yang sempurna). Maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.
Namun bukankah Nabi yang dikenal sabar adalah Nabi Ayub ? Namun tidak masuk dalam Ulul Azmi. Sabarnya Nabi Ayub karena sabar menghadapi musibah, sedangkan sabarnya Ulul Azmi adalah sabar dalam berdakwah menyampaikan risalah. Sabar karena dakwah lebih tinggi statusnya dari sabar karena musibah, sehingga sabar karena dakwah menjadi sebab tidak akan tergolong dalam kelompok orang yang merugi. Dalilnya surah Al Asr :
1. وَالْعَصْرِ
2. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
3. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Puncak ahlak yang paling baik adalah Ahlak Rasulullah, sehingga beliau dimusuhi bukan karena ahlak maupun pribadinya namun dimusuhi karena dakwahnya.
Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Rasulullah menugaskan Ali untuk menggantikan posisinya menjaga barang titipan orang-orang kafir dirumah Rasulullah dan mengembalikan barang-barang titipan tersebut.
Al Walid bin Mughirah (Ayah sahabat Khalid bin Walid) adalah orang kafir berpengaruh diatas Abu Jahal, dia dianggap sebagai manusia paling bijak di Mekah, sehingga ketika terdengar kabar akan masuk Islam maka Abu Jahal mendatangi Walid bin Mughirah menanyakan kebenaran berita tersebut, namun ia menyangkalnya, dan dalam usaha mereka untuk menjatuhkan reputasi Rasulullah dengan cara mencari siapapun orang yang pernah mengetahui Rasulullah berdusta, namun tidak menemukan. Orang Musyrik Quraisy masa itu sangat menghargai kejujuran.
2. Sabar itu dapat dipelajari.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إِنَّمَا العِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ...
Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar, dan sesungguhnya kelembutan (sifat sabar) itu didapat dengan melatih diri untuk bersikap lemah lembut...
(Hadis ini diriwayatkan oleh al-Khaṭīb al-Baghdādī dalam kitab al-Faqīh wal-Mutafaqqih)
Sehingga majelis ilmu, adalah salah satu wasilah untuk mempelajari kesabaran.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ"
Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), mereka membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi rahmat, para malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (makhluk-Nya) yang berada di sisi-Nya.(HR. Muslim, no. 2699)
3. Sabar itu tugas tanpa batas.
Sabar itu tidak ada ujungnya sehingga Allah jadikan pahala sabar tanpa batas.
Surah Az-Zumar (39) Ayat 10
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan disempurnakan pahala mereka tanpa batas.
Terkait ibadah puasa yang pahalanya tanpa batas, karena puasa menahan diri dari hal yang dihalalkan dan masuk kedalam kesabaran, dalam hadist Qudsi :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ..."
"Rasulullah ﷺ bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya...." (HR. Bukhari no. 1904, Muslim no. 1151)
4. Allah banyak memberikan pujian dan balasan yang indah bagi orang yang sabar.
Setidaknya ada salah satu janji Allah bagi orang yang sabar, dalam banyaknya ayat Al Qur'an yang menyatakan Allah mencintai orang yang bersabar.
Surah Ali 'Imran (3) Ayat 146
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
(QS. Ali 'Imran: 146, potongan akhir ayat)
Siapa orang yang paling Allah cintai adalah Khalilullah, Rasulullah dan Nabi Ibrahim adalah Khalilullah.
عَنْ جُندَبٍ رضي الله عنه، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، فَإِنَّ اللَّهَ قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا"
"Sesungguhnya aku berlepas diri kepada Allah dari menjadikan seorang pun di antara kalian sebagai kekasih (khalīl). Karena sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai khalīl (kekasih), sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim sebagai khalīl."
(HR. Muslim, no. 532)
5. Yang membuat orang bisa sabar adalah yakin.
Sehingga ketika seorang mukmin meyakini janji Allah, setiap musibah apapun akan terasa ringan, sehingga mereka dapat bersabar walaupun hingga titik yang mengancam nyawa. Dalil pada Al Qur'an :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajdah: 24)
Sehingga mempelajari Fadhilah Amal akan dapat memperkuat kesabaran. Manfaat belajar Aqidah dan Tauhid akan memperkuat keyakinan seseorang dalam menjawab tantangan hidup.
Pendidikan yang pertama bagi kaum muslimin di Mekah selama 13 tahun adalah penekanan pada masalah aqidah, pada masa itu diturunkan surat Al Mufassol (Surah Qaf hingga - An Nas) yang banyak membahas masalah aqidah.
6. Sabar adalah Solusi ketika mendapat masalah.
Sabar adalah solusi yang Allah sebutkan dalam Al Qur'an. Surat Al-Baqarah ayat 153
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Rasulullah menganjurkan mengucapkan Qaddarallāh, wa mā syā’a fa‘al ketika menghadapi musibah agar musibah dunia tidak menjadi musibah dalam agama :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:
"الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَذَا، كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ "لَوْ" تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ."
"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah engkau berkata: ‘Seandainya aku tadi melakukan ini dan itu, niscaya akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah: ‘Qaddarallāh, wa mā syā’a fa‘al’ (Allah telah menakdirkannya dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan), karena perkataan ‘seandainya’ itu membuka (pintu) perbuatan setan.” (HR. Muslim no. 2664)
Menyikapi musibah :
1. Bersyukur terhadap nikmat yang masih tersisa, setidaknya bukan musibah dalam masalah agama.
2. Tidak berprasangka buruk pada Allah.
Barakallahu fiikum
Wa Jazakumullahu khair.
Wednesday, July 23, 2025
Pokok - Pokok Akidah (Bagian 2)
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung
Kitab Ushul Sunnah - Imam Ahmad bin Hambal.
https://www.youtube.com/live/Ai57x7Shj6E?si=_gue1zc2uMItVDgV
Sumber Akidah adalah Hadist Rasulullah.
Pokok-pokok Akidah adalah :
1. Berpegang teguh pada ajaran para sahabat Rasulullah dan mengikuti mereka.
Hadist :
أَصْدَقُ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan. (HR. Muslim no. 867)
Definisi sahabat Rasulullah menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani :
1) Pernah bertemu dengan Rasulullah.
2) Beriman pada Rasulullah.
3) Mati dalam keislamannya.
Meskipun sebelumnya pernah kafir / murtad.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُۖ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (At-taubah 100)
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'in), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'ut tabi'in). (Shahih al-Bukhari, no. 3651, Shahih Muslim, no. 2533)
Kewajiban kita pada para sahabat :
1. Wajib mencintai mereka.
حُبُّ الْأَنْصَارِ مِنَ الْإِيمَانِ، وَبُغْضُهُم مِنَ النِّفَاقِ
Mencintai kaum Anshar adalah bagian dari iman, dan membenci mereka adalah bagian dari kemunafikan.(Shahih al-Bukhari, no. 17 & Shahih Muslim, no. 75)
2. Mendoakan para sahabat.
3. Memuji mereka dan tidak mencela mereka.
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Janganlah kalian mencela para sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka itu tidak akan menyamai satu mud (takaran tangan) yang mereka infakkan, bahkan tidak pula setengahnya. (Shahih al-Bukhari, no. 3673)
Karena mencela sahabat : 1)Mencela Allah 2)Mencela Nabi 3)Mencela Agama Islam 4)Mencela mahluk Allah.
4. Berpegang teguh kepada ajaran Rasulullah dengan pemahaman para sahabat.
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barang siapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dipilihnya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.(QS. An-Nissa 115)
Mengapa harus mengikuti para sahabat Rasulullah dalam beragama :
1. Allah dan Rasuluullah memuji para sahabat.
2. Sahabat adalah orang yang paling paham agama Islam.
3. Sahabat adalah orang yang paling semangat mengamalkan agama Islam.
Bagaimana mewujudkan berpegang teguh kepada Al Qur'an dan Hadist dengan pemahaman para sahabat Rasulullah :
1. Dengan cara mencintai Al Qur'an, hadist dan Atsar para Sahabat Rasulullah.
2. Dengan mentaati setiap perintah dan larangan.
3. Dengan cara mengilmui Al Qur'an, Hadist dan Atsar para sahabat.
4. Mengagungkan Al Qur'an, Hadist dan Atsar para Sahabat Rasulullah.
5. Meyakini bahwasanya tidak ada hidayah kecuali melalui Al Qur'an, Hadist dan Atsar para sahabat Rasulullah.
6. Memahami Al Qur'an dan Hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat, pemahaman diluar pemahaman tersebut adalah bathil.
7. Tegar dan istiqamah mempertahankan Al Qur'an, Hadist sesuai pemahaman para sahabat sampai akhir hayat.
2. Meninggalkan kebid'ahan, dan setiap bid'ah adalah sesat.
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ**، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin), meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya barang siapa yang hidup sepeninggalku nanti, maka dia akan melihat banyak perpecahan. Maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya, dan gigitlah ia dengan gigi geraham (النَّوَاجِذ).'
Dan jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama), karena setiap bid'ah adalah kesesatan.HR. (Abu Dawud no. 4607, at-Tirmidzi no. 2676)
Menjauhi bid'ah termasuk didalamnya dalam perkara :
1. Akidah.
2. Amalan.
3. Ucapan.
Kaidah menurut ulama :
Hukum asal dalam masalah agama adalah haram sampai ada dalil yang menghalalkannya, adapun hukum asal dalam masalah dunia adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya.
Mengapa Rasulullah melarang bid'ah, dampak negatif dari bid'ah :
1. Menuduh Islam belum sempurna. (Al Maidah 3)
2. Menuduh Rasulullah berkhianat / menyembunyikan syariat.
3. Menjadikan tandingan bagi Allah, karena yang berhak membuat syariat hanya Allah. (Ash-Shura 21)
4. Menyebabkan perpecahan umat.
5. Mematikan Sunnah.
6. Lebih dicintai Iblis dari maksiat, karena pelaku maksiat menyadari kesalahannya, sedangkan pelaku bid'ah tidak, bahkan meyakini yang dilakukan adalah ibadah.
Sebab tergelincir kedalam bid'ah :
1. Kejahilan / kebodohan.
2. Adanya tokoh-tokoh agama yang jahil.
3. Adat dan khurafat yang bertentangan dengan syari'at yang dipertahankan.
4. Mengikuti hawa nafsu (ahlul ahwa).
5. Berpaling dari pemahaman para sahabat.
6. Tasyabbuh / meniru orang-orang kafir.
Kaidah-kaidah dalam memahami masalah bid'ah :
1. Hukum asal dalam ibadah adalah terlarang sampai ada dalil syariat.
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُورِ دُنْيَاكُمْ
Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.(HR. Muslim no. 2363)
2. Tidak ada bid'ah dalam urusan agama yang baik, setiap bid'ah dalam urusan agama adalah kesesatan.
3. Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada semangat dan banyak dalam bid'ah.
4. Niat yang baik tidak merubah perkara bid'ah menjadi baik. Karena syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan ittiba.
5. Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan-perbuatan bid'ah. Karena perbedaan pendapat bukanlah hujjah, hujjah adalah dari Al Qur'an dan hadits.
6. Tersebarnya kebid'ahan ditengah masyarakat tidak menunjukkan bolehnya.
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Thursday, July 10, 2025
Tawassul & Syafaah
📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah
Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله
https://www.youtube.com/live/mPFlHSX0Kgk?si=jH9Kq7E4kFG6mgoz
🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung
Apakah kita meminta syafaat dari hamba Allah yang masih hidup ?
Syaikh menjawab kita meminta syafaat dari orang yang masih hidup dalam urusan dunia namun bukan dalam urusan akhirat, karena perkara ini adalah dibenarkan secara syariat.
Karena memberikan syafaat pada hamba Allah maka orang itu berhak mendapatkan pahala dari Allah, begitu juga sebaliknya, dalilnya surah An-Nisa ayat 85 :
مَّن يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَا ۖ وَمَن يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ مُّقِيتًا
Barang siapa memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) darinya; dan barang siapa memberikan syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalil dari hadist :
اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا، وَيَقْضِي اللَّهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ مَا شَاءَ
Berilah syafaat (pertolongan atau bantuan), niscaya kalian akan diberi pahala. Dan Allah akan menetapkan keputusan melalui lisan Nabi-Nya apa yang Dia kehendaki.
(HR. al-Bukhari no. 1432, Muslim no. 2627)
Orang beriman akan selalu fokus pada kelemahan dirinya, agar dapat fokus memperbaiki kelemahan-kelemahan dirinya.
Kemudian syaikh beralih pada pertanyaan selanjutnya, apakah boleh memuji berlebihan terhadap Rasulullah ?
Memuji sesuai dengan kemuliaan Rasulullah, dan cara yang paling baik diantaranya dengan bershalawat kepada Rasulullah.
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ...
Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar..."
(QS. An-Nisa’: 171)
Perlu diingat bahwa syariat tidak membolehkan berlebihan dalam segala hal (ghuluw), karena diantara penyebab hancurnya umat-umat sebelumnya adalah ghuluw ; diantara penyebab hancurnya umat sebelumnya :
1. Harta.
2. Wanita.
3. Berlomba-lomba mengejar dunia.
4. Ghuluw dalam agama.
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
Jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam beragama. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah karena sikap berlebih-lebihan dalam agama.
(HR. An-Nasa’i no. 3057, Ibnu Majah no. 3029 – Hadis shahih)
Surah Al-Kahfi Ayat 110
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَـٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah (Muhammad) : Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa. Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
Dalam ayat diatas Allah sebutkan hakikat Rasulullah adalah manusia biasa yang Allah berikan wahyu dan Allah yang mengutusnya.
لا تُطْرُوني كما أَطْرَتِ النصارى ابنَ مريمَ، فإنما أنا عبدُه، فقولوا عبدُ اللهِ ورسولُه
Janganlah kalian menyanjungku secara berlebihan sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya.
(HR. Bukhari no. 3445)
Berdasarkan dalil Al Qur'an dan hadist diatas maka tidak boleh bagi kita mengatakan Rasulullah yang menggenggam surga dan neraka, atau yang menjadikan segala yang sulit menjadi mudah, karena pujian tersebut berlebihan atau melampaui batas.
قَالَ : ابْتَلَقْنَا فِي وَفْدِ بَنِي عَامِرٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
فَقُلْنَا : أَنْتَ سَيِّدُنَا.
فَقَالَ : السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.
قُلْنَا : وَأَفْضَلُنَا فَضْلًا وَأَعْظَمُنَا طَوْلًا.
فَقَالَ : قُولُوا بِقَوْلِكُمْ أَوْ بَعْضِ قَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ
(HR. Abī Dāwūd, shahīh menurut Al‑Albānī)
Aku pernah bersama satu rombongan dari Bani ‘Āmir menemui Rasulullah ﷺ.
Kami berkata: ‘Engkaulah Tuanku (Sayyidunā).’
Beliau menjawab: ‘Tuan yang sebenarnya adalah Allah Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi.’
Kami berkata: ‘Dan Engkaulah yang terbaik di antara kami dari segi keutamaan dan yang teragung di antara kami dari segi kedudukan.’
Beliau bersabda: ‘Katakanlah apa yang ingin kalian katakan, atau sebagian dari apa yang ingin kalian katakan, dan jangan sampai setan membisikkan kepada kalian untuk berlebih‑lebihan.’
Berlebihan/ Ghuluw pada para Nabi-Nabi dan orang-orang shaleh adalah sifat kaum Nashara yang terjerumus menetapkan sifat Uluhiyyah dan Rububiyah pada para Nabi.
عَنْ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ ﷺ غَدَاةَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَا تَجْلِسُ أَنْتَ مِنِّي، وَجَوَارِيَّ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ، يَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِي يَوْمَ بَدْرٍ، إِذْ قَالَتْ إِحْدَاهُنَّ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ، فَقَالَ: «دَعِي هَذَا، وَقُولِي بِالَّذِي كُنْتِ تَقُولِينَ»
(HR. Bukhari no. 4001 dan Muslim no. 892)
Rubaīʿ binti Muʿawwidh berkata:
Rasulullah ﷺ datang menemuiku pada pagi hari pernikahanku. Beliau duduk di atas tempat tidurku seperti engkau sekarang duduk kepadaku, sementara beberapa gadis kecil kami sedang memukul rebana dan meratapi orang-orang tua kami yang gugur dalam Perang Badar. Lalu salah satu dari mereka berkata: ‘Di antara kami ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok.’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tinggalkan ucapan itu, dan ucapkanlah seperti yang sebelumnya kalian ucapkan.’
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Thursday, July 3, 2025
Tawassul & Syafaah
﷽
📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah
Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله
https://www.youtube.com/live/y1mljKOm5oI?si=yNHC9I4aNfF48nR6
🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung
Syafā‘at adalah pertolongan agung yang kelak diberikan kepada sebagian hamba di hari kiamat, hanya dengan izin Allah. Sebuah keutamaan besar yang menunjukkan keluasan rahmat-Nya bagi mereka yang menjaga tauhid dan istiqamah di atas ketaatan. Mari pelajari hakikat syafā‘at, syarat-syaratnya, dan bagaimana meraih sebab-sebabnya.
Didalam kitab dipertanyakan apa yang dimaksud dengan Wasitatu Rasul - وسيط الرسول ? Rasul sebagai perantara disini dengan cara :
Dengan cara At Tabligh, dengan cara menyampaikan apa yang diturunkan Allah kepada Rasulullah dan hamba-nya. Dalilnya surah Al-Ma’idah (5): 67
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ
Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Agama ini telah sempurna karena Rasulullah telah menyampaikan seluruh syariat yang Allah turunkan, dalilnya :
Hadist :
أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟
اللَّهُمَّ فَاشْهَدْ
“Ketahuilah, sudahkah aku menyampaikan (risalah)?”
“Ya Allah, saksikanlah!”
(HR. Al-Bukhari, no. 1623, HR. Muslim, no. 1218)
Surah Al-Ma'idah (5): 3
... ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًۭا ...
"... Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu ..."
Rasulullah memiliki 2 syafaat :
1. Syafaat Dunyawiyah, syafaat yang Nabi berikan saat beliau masih hidup, contohnya pada sahabiyyah Barirah dan suaminya.
2. Syafaat Ukhrowiyah, syafaat ini yang kita mohonkan pada Allah di akhirat kelak. Dalilnya Surah Az-Zumar ayat 44
قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَـٰعَةُ جَمِيعًۭا ۖ
"Katakanlah: 'Hanya milik Allah segala syafaat.'"
Hadits riwayat al-Bukhari no. 7439
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ ٱلنِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ ٱلدَّعْوَةِ ٱلتَّامَّةِ، وَٱلصَّلَاةِ ٱلْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا ٱلْوَسِيلَةَ وَٱلْفَضِيلَةَ، وَٱبْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا ٱلَّذِي وَعَدْتَهُ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ.
"Barang siapa yang mengucapkan (doa) ketika mendengar azan: 'Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan di surga) dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan', maka ia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat."
Tidak semua umat Rasulullah mendapatkan syafaat beliau, sehingga masuk neraka dahulu dan paling akhir masuk ke surga, dalilnya :
HR. Bukhari no. 99 & Muslim no. 196
> قَالَ ﷺ: لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ، وَإِنِّي ٱخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ، فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ ٱللَّهُ لِمَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا.
"Setiap nabi memiliki satu doa yang pasti dikabulkan. Semua nabi telah mempercepat doanya, namun aku menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat. Dan itu, insya Allah, akan diberikan kepada siapa saja dari umatku yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun."
HR. At-Tirmidzi no. 2435, Abu Dawud no. 4721 – Hadits Hasan Sahih
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي.
Rasulullah ﷺ bersabda: "Syafaatku diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar dari umatku."
Syarat mendapatkan syafaat Allah :
1. Allah izinkan.
2. Allah ridho.
Beberapa amalan yang dapat mendatangkan syafaat Allah :
1. Membaca dan mengamalkan Qur'an
2. Memperbanyak Shalat dan Sujud.
3. Sholawat kepada Nabi.
4. Shaum.
5. Sholat jenazah.
6. Menuntut ilmu syari'ah.
7. Tinggal dan bersabar di Madinah.
8. Sabar dan mengharapkan pahala dari Allah (dalam hal khusus kehilangan anak yang belum baligh).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"مَا مِنْ مُسْلِمٍ تَمُوتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ، إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ."
رواه البخاري (1249) ومسلم (2635).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim yang tiga anaknya meninggal sebelum baligh, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena rahmat-Nya kepada anak-anak itu.” (HR. Bukhari no. 1249 dan Muslim no. 2635).
9. Bersahabat dengan orang yang beriman.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه،
أنَّ رسولَ اللَّهِ ﷺ قالَ:
"فَيُقَالُ لِلْمُؤْمِنِينَ: انْطَلِقُوا، فَيُقَالُ لَهُمْ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا، قَدْ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ، فَيُقُولُونَ: رَبَّنَا قَدْ أَخْرَجْنَا مَنْ أَمَرْتَنَا، قَالَ: وَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ، وَيَشْفَعُ الْمَلَائِكَةُ، وَيَشْفَعُ الْمُؤْمِنُونَ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: بَقِيَتْ شَفَاعَتِي..."
رواه مسلم (183)
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Lalu dikatakan kepada orang-orang beriman: 'Pergilah dan keluarkan dari neraka siapa saja yang kalian kenal.' Maka mereka mengeluarkan banyak orang yang telah terkena api neraka. Lalu mereka berkata: 'Wahai Rabb kami, kami telah mengeluarkan siapa yang Engkau perintahkan kepada kami.' Maka para nabi memberi syafaat, para malaikat memberi syafaat, dan orang-orang mukmin juga memberi syafaat. Maka Allah ﷻ berfirman: 'Sekarang tinggal syafaat-Ku (yang tersisa)...'" (HR. Muslim no. 183)
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Sunday, June 29, 2025
Bedah kitab Syarhus Sunnah (Bagian 2)
﷽
Ustadz Abu Qotadah hafizahullohuta'ala.
https://www.youtube.com/live/weYaeaj8Lu4?si=0e-v4M3AFd7RxJxG
Kita mengimani bahwa Allah telah menetapkan dan memberikan nikmat waktu dan hidup pada kita agar kita beribadah kepada Allah, berkaitan dengan tujuan hidup, yang pertama kita ajarkan kepada anak kita adalah tentang tujuan hidup.
Adz-Dzariyat (الذاريات) ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Ketika kita tahu bahwa karunia waktu adalah untuk ibadah, Allah dengan hikmah mengatur waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan untuk beribadah, sehingga kita harus mengetahui waktu dan tempat yang utama untuk beribadah.
Salah satu keutamaan ibadah ditentukan dengan waktu.
QS. At-Taubah: 36
> إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌۭ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَـٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةًۭ كَمَا يُقَـٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةًۭ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu; dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Diantara bulan-bulan tersebut adalah bulan Muharram, dalil haditsnya.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
HR. Muslim (no. 1163)
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam (tahajud).
Keutamaan bulan Muharram :
1. Tanggal 10 AsSyura, adalah hari kemenangan nabi Musa dari Fir'aun.
2. Tanggal 10 AsSyura, dijadikan waktu shaum oleh Rasulullah, puasa ini awalnya bersifat wajib sebelum datang syariat puasa Ramadlan.
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
HR. Muslim no. 1162
Puasa pada hari 'Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.
3. Puasa AsSyura dianjurkan pada tanggal 9 dan 10 AsSyura. Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لَئِنْ بَقِيتُ إِلَىٰ قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
Jika aku masih hidup sampai tahun depan, pasti aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a)."
(HR. Muslim no. 1134)
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Ada sejumlah hadist palsu yang menyebutkan kekhususan keutamaan pada tanggal 1 dan 30 bulan Muharram.
2. Kita dianjurkan puasa Asyura, dengan kaifiatnya :
1) Mencukupkan dengan hari ke 10 saja.
2) Menambahkan dengan hari ke 9 dan 10.
3) Puasa pada hari ke 9,10 dan 11.
3. Terdapat 2 bid'ah yang terkenal pada kaum muslimin, yaitu :
1) Bid'ah hari berkabung pada 10 AsSyura yang dilakukan oleh orang-orang Syi'ah karena kematian Syadina Hussein pada hari tersebut.
2) Bid'ah hari bergembira pada 10 AsSyura yang dilakukan kaum An-Nawashib yang mengkafirkan Ahlul bait.
4. Ghadir khum, keyakinan orang syi'ah 18 Dzulhijah sebagai hari pengangkatan Ali R.A menjadi Khalifah setelah Rasulullah.
Ketika menerima musibah :
1. Sabar, hukumnya wajib.
2. Ridho, hukumnya mustahab.
3. Bersyukur, karena terdapat hikmah dibalik musibah ; 1) menghapuskan dosa, 2) mengangkat derajat.
Yang dilarang ketika menerima musibah :
1. An-niyahah, meratapi histeris.
2. Tidak ridho terhadap ketetapan / takdir Allah.
Kembali kepada kitab Syarhus Sunnah
Beriman kepada Takdir :
1. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
2. Tidak ada yang terjadi kecuali dengan kehendak Allah.
3. Semua yang Allah kehendaki terjadi telah tertulis di Lauhil Mahfudz.
Semua yang terjadi di alam semesta berada dalam pengetahuan Allah, dan Allah telah menjalankan semuanya sesuai dengan takdirnya yang Allah tuliskan di Lauhil Mahfudz.
Hukum beriman pada Qada dan Qodar, merupakan bagian dari rukun iman yang enam.
Al-Qamar ayat 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (yang telah Kami tetapkan).
Hadist Jibril – HR. Muslim no. 8
أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره
Yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.
Bagaimana beriman kepada takdir ?
1. Beriman pada takdir adalah bagian beriman kepada Allah :
1) Beriman kepada Allah adalah bagian beriman kepada Rububiyah Allah, meliputi : 1) mengesakan Allah dalam penciptaan, 2) iman pada Allah dalam pengendalian dan kepemilikan. 3) iman bahwa Allah yang maha mengatur segala sesuatu.
2) Beriman kepada setiap nama Allah yang menunjukkan pada zat Allah dan sifat Allah.
Kedudukan iman kepada takdir ?
Merupakan syarat sahnya iman, tidaklah sah iman seseorang sehingga beriman kepada takdir.
Kita jelaskan tentang 2 hadist :
Hadist dari ‘Abdullah bin Mas’ud – Riwayat Muslim no. 144
ثلاثة لا يدخلون الجنة: مدمن الخمر، وقاطع الرحم، ومصدق بالسحر
Artinya:
Tiga golongan yang tidak akan masuk surga:
1) Pemabuk, 2) Pemutus tali silaturahmi, 3) Orang yang mempercayai sihir.
— (HR. Muslim no. 144)
Hadits Abdullah bin Umar tentang Qadariyah (orang yang tidak percaya takdir):
Riwayat Muslim (no. 8):
> عَنْ يُحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ، فَقُلْنَا: لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي، أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ، فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا أُنَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ – وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ – وَيَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ.
قَالَ: إِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ، وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ.
Yahya bin Ya’mar berkata:
"Orang pertama yang berkata tentang penolakan takdir di Bashrah adalah Ma’bad Al-Juhani. Maka aku dan Humaid bin Abdurrahman pergi ke Makkah untuk haji atau umrah, dan kami berkata: 'Andai saja kita bisa bertemu salah satu sahabat Rasulullah ﷺ agar kita bisa menanyakan pendapat orang-orang itu tentang takdir.'
Kami pun bertemu Abdullah bin Umar di dalam masjid, lalu aku dan temanku mengapit beliau. Aku berkata: 'Wahai Abu Abdurrahman (kunyah Ibnu Umar), di wilayah kami muncul orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan belajar ilmu, namun mereka berkata bahwa tidak ada takdir, dan bahwa segala sesuatu terjadi baru (tanpa ketetapan sebelumnya).'
Maka Abdullah bin Umar berkata: 'Jika engkau bertemu mereka, katakan bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku. Demi Allah, jika salah seorang dari mereka menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan diterima oleh Allah hingga mereka beriman kepada takdir.'
Pelajaran yang dapat diambil dari hadist diatas :
1. Tidak sah iman seseorang hingga beriman pada takdir.
2. Orang yang tidak beriman pada takdir (sekte qodariyah) adalah kafir dan keluar dari islam.
3. Keutamaan menuntut ilmu.
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(رواه مسلم، رقم 2699)
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim 2699)
4. Mengambil ilmu dari orang yang mengetahui.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْزِعُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَنْزِعُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
(رواه البخاري، رقم 100)
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia dengan mencabutnya langsung dari hati mereka. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa satu pun ulama, maka manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, no. 100)
5. Ilmu diberikan kepada semua orang oleh ulama.
Fadhilah iman kepada takdir :
1. Menimbulkan karakteristik mukmin yang sempurna.
a) Nilai bertawakal dan ketergantungan diri pada Allah, karena meyakini semua adalah ketetapan Allah dengan tidak meninggalkan menempuh sebab.
b) Hidayah datang bukan hanya sekedar dari menuntut ilmu semata, namun sesuai dengan yang telah Allah takdirkan.
2. Menimbulkan tumakninah, karena meyakini semua telah Allah tetapkan.
يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
(رواه الترمذي، رقم 2516، وقال: حديث حسن صحيح)
Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (takdir telah ditetapkan)." (HR. Tirmidzi no. 2516 – Hasan Shahih)
3. Seseorang akan sampai pada derajat Ridho terhadap segala ketetapan Allah, namun dilarang Ridho atau bersabar dalam musibah didalam agama, sebab ; 1) Allah telah memberikan manusia pilihan untuk menempuh jalan keselamatan, 2) Allah telah memberikan qudrah kemampuan untuk memilih, 3) takdir adalah Rahasia Allah, dan Allah telah memerintahkan melakukan kebaikan dan menghindari kemaksiatan.
Barakallahu fikum
Wa Jazakumullahu khair.
Wednesday, June 25, 2025
Kitab Al-Wasiyyah Ash-Shughra (Bag. 4)
﷽
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung
https://www.youtube.com/live/zB6dYVH7NDo?si=7nDdHjo1ACStErnG
PEKERJAAN PALING UTAMA
Adapun pekerjaan terbaik maka tawakkal kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan mencukupi serta berbaik sangka kepada-Nya.
Tawakkal : bergantungnya / bersandarnya hati kepada Allah, disertai melakukan sebab.
Dalil hadist :
قال الله تبارك وتعالى:
> "يا عبادي، إني حرّمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرّما، فلا تظالموا،
يا عبادي، كلكم ضالٌّ إلا من هديته، فاستهدوني أهدكم،
يا عبادي، كلكم جائعٌ إلا من أطعمته، فاستطعموني أطعمكم،
يا عبادي، كلكم عارٍ إلا من كسوته، فاستكسوني أكسكم،
يا عبادي، إنكم تخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفر الذنوب جميعاً، فاستغفروني أغفر لكم،
يا عبادي، إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني، ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، كانوا على أتقى قلب رجلٍ واحد منكم، ما زاد ذلك في ملكي شيئاً،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، كانوا على أفجر قلب رجلٍ واحد، ما نقص ذلك من ملكي شيئاً،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، قاموا في صعيدٍ واحدٍ فسألوني، فأعطيت كل إنسان مسألته، ما نقص ذلك مما عندي، إلا كما ينقص المخيط إذا أُدخل البحر،
يا عبادي، إنما هي أعمالكم أُحصيها لكم، ثم أُوفيكم إياها،
فمن وجد خيراً فليحمد الله،
ومن وجد غير ذلك فلا يلومنّ إلا نفسه."
— رواه مسلم
Allah Ta‘ala berfirman:
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.
Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri petunjuk kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri pakaian kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu membahayakan-Ku sehingga kalian bisa membahayakan-Ku, dan kalian juga tidak akan bisa memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian bisa memberi manfaat kepada-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berada di atas hati orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka itu tidak akan menambah sedikit pun dalam kerajaan-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berada di atas hati orang yang paling jahat di antara kalian, maka itu tidak akan mengurangi sedikit pun dari kerajaan-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berdiri di satu tempat lalu meminta kepada-Ku, kemudian Aku beri setiap orang apa yang ia minta, maka itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke laut.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatan kalian, Aku catat untuk kalian, kemudian Aku balas kepada kalian dengan sempurna.
Maka siapa yang mendapati kebaikan, hendaklah ia memuji Allah.
Dan siapa yang mendapati selain itu, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”
(HR. Muslim, no. 2577)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
> لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا
— رواه الترمذي (2344) وقال: حديث حسن
Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki : ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.
(HR. Tirmidzi 2344)
قال رسول الله ﷺ:
إنّ الرزق لَيَطْلُبُ العبدَ كما يطلبه أَجَلُه، ولو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت، لأدركه رزقه كما يدركه الموت.
Sesungguhnya rezeki itu akan mendatangi seorang hamba sebagaimana ajalnya mendatanginya. Dan seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan tetap mendatanginya sebagaimana kematian akan menjemputnya.
لِيَسْأَلْ أَحَدُكُم رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا، حَتَّى شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ.
Hendaklah salah seorang di antara kalian meminta kepada Rabb-nya segala hajatnya, bahkan jika tali sandalnya putus sekalipun.
(HR. Tirmidzi)
- Yakin dan optimis bahwa Allah telah menanggung rizki seluruh mahluk.
- Banyak berdoa kepada Allah, termasuk dalam hal meminta rizki, bahkan untuk hal yang terlihat remeh.
(QS. An-Nisa: 32):
> وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. Al-Jumu’ah: 10):
> فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُوا۟ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.
- Jadikan pekerjaan sebagai penunjang kita untuk beribadah kepada Allah.
- Berdoa ketika memasuki masjid.
اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.
(HR. Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 713)
- Jangan hanya mengandalkan kemampuan kita semata, bergantung pada Allah dalam setiap hal.
- Bila tawakkal pada Allah maka kita akan merasa tenang.
AGAR HARTAMU BERKAH
Niatkan mencari harta untuk tujuan :
1. Untuk kebutuhan dunia.
2. Untuk menafkahi keluarga
> كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُولُ
(HR. Abu Dawud no. 1692, Ahmad no. 6902)
Cukuplah seseorang dikatakan berdosa apabila ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.
3. Untuk beramal shaleh.
Hendaknya bersikap qonaah terhadap harta.
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ، لأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ثَالِثٌ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
(HR. Bukhari no. 6439, Muslim no. 1048)
Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, pasti dia akan menginginkan yang ketiga. Dan tidak ada yang dapat memenuhi (mengenyangkan) mulutnya selain tanah (yakni kematian). Namun Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat.
Jadikan ambisi kita terhadap dunia sekedarnya, seperti kebutuhan kita terhadap toilet.
إِنَّ أَطْيَبَ الطَّعَامِ صَارَ إِلَى مَا تَعْلَمُونَ
(HR. Ahmad, no. 6907; al-Mu’jam al-Kabir oleh Ath-Thabrani)
Sesungguhnya selezat-lezat makanan akan berakhir sebagaimana yang kalian ketahui (yakni menjadi kotoran).
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
(HR. Ibnu Majah, no. 4105; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 6510)
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di depan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekadar yang telah ditetapkan. Namun barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai niat utamanya, maka Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan hina.
Kenikmatan akhirat lebih baik dari kenikmatan dunia, maka orang cerdas adalah yang tidak tertipu dengan gemerlap dunia.
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِندَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
(HR. Tirmidzi no. 2320, Ibnu Majah no. 4110)
Seandainya dunia itu sebanding dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air darinya.
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
(HR. Muslim no. 2858)
Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa pada jarinya ketika ia mengangkatnya.
MENENTUKAN PROFESI TERTENTU
Adapun menentukan profesi tertentu baik produksi, berdagang, bangunan, atau bertani dan lain sebagainya maka hal ini berbeda-beda sesuai perbedaan manusia. Saya tidak mendapati patokan umum tentang hal itu, tetapi bila seorang bingung
menentukan profesi tertentu maka hendaknya dia istikharah kepada Allah dengan do’a istikharah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, karena di dalamnya terdapat keberkahan yang tak terbatas. Kemudian pekerjaan yang mudah baginya hendaknya dia tidak berpaling kepada pekerjaan lainnya kecuali jika pekerjaan tersebut terlarang oleh syariat.
Kita akan ditanya dari dua sisi terkait harta :
1. Darimana kita mendapatkan harta ?
2. Bagaimana kita membelanjakan harta ?
ما أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
(HR. Bukhari no. 2072)
Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Dawud 'alaihis salam makan dari hasil kerja tangannya sendiri.
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Thursday, May 29, 2025
Tawassul & Syafaah
📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah
TAWASSUL & SYAF‘AH
Meniti jalan yang lurus dalam memahami perantara ibadah dan pertolongan akhirat, sesuai tuntunan Rasul ﷺ.
Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله
🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung
https://www.youtube.com/live/zL_H0af0JlA?si=M5ab2pbxJJS7zn5Z
Apa saja macam ibadah / perkara yang disebut dengan tawassul :
1. Tawassul disyariatkan, adalah tawassul dengan :
a) Nama-nama dan sifat Allah.
Surat Al Araf 180 :
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَآئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Dan Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Asma’ul Husna), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Menjadikan nama-nama Allah menjadi sebab doa diijabah. Sekaligus menjadi dalil bertawassul dengan sifat Allah karena setiap nama Allah memiliki sifat.
Surat Al Maidah 35 :
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, agar kamu beruntung.
Mendekatkan diri pada Allah dengan mentaati Allah, kemudian beramal dengan amal yang diridhoi Allah.
Penggalan ayat ini dinukil oleh Imam Qatadah (Kibarut Tabiin) murid dari sahabat Abdullah Ibnu Abbas.
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, takdir-Mu adil terhadapku.
Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu :
Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku, dan pengusir kegelisahanku.
Doa tersebut diatas menjadi dalil bahwa nama Allah tidak terbatas pada 99 dan ada nama Allah yang tersembunyi.
b) Amal shaleh.
عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الأَسْلَمِيِّ، قَالَ:
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: سَلْ.
فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ
فَقَالَ: أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ؟
قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ.
قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ.
— رواه مسلم (رقم: 489)
Dari Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, ia berkata:
"Aku pernah bermalam bersama Rasulullah ﷺ, lalu aku membawakan air wudhu dan keperluannya. Maka beliau bersabda: ‘Mintalah (apa yang kamu inginkan).'
Aku menjawab: 'Aku ingin menemanimu di surga.'
Beliau bersabda: ‘Apakah tidak ada permintaan lain?’
Aku berkata: ‘Itu saja.’
Beliau bersabda: ‘Kalau begitu, bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud.’”
Dari hadist diatas amal Sholeh dapat dipergunakan sebagai jalan tawassul yaitu dengan sholat, dan sholat adalah amal shaleh yang paling afdhal.
Demikian juga bertawassul dengan amal Sholeh yang dilakukan dalam bentuk lain, sebagaimana hadist berikut :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
"انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَتَّى أَوَاهُمُ الْمَبِيتُ إِلَى غَارٍ، فَدَخَلُوهُ، فَانْحَطَّتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ، فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ، فَقَالُوا: إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ."
فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ، وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا، فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا، فَلَمْ أَرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا، فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا، وَأَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدِي، أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَدَ الْفَجْرُ، فَاسْتَيْقَظَا، فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ لَنَا مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ.
وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِي ابْنَةُ عَمٍّ، كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ، فَرَاوَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا، فَأَبَتْ إِلَّا أَنْ آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ، فَطَلَبْتُهَا حَتَّى قَدِرْتُ، فَجِئْتُهَا بِهَا، فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا، قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، اتَّقِ اللَّهَ، وَلَا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ، فَقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا، وَإِنَّهَا كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ، وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهُ إِيَّاهَا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ لَنَا، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا.
وَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ، وَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ، غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ، تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ، فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ، فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ، مِنَ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، لَا تَسْتَهْزِئْ بِي، فَقُلْتُ: لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ، فَاسْتَاقَهُ، فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ عَنَّا، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ، فَخَرَجُوا يَمْشُونَ.
📚 (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tiga orang dari umat sebelum kalian berjalan hingga mereka terpaksa bermalam dalam sebuah gua. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung lalu menutupi pintu gua itu. Maka mereka berkata: 'Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari batu ini kecuali kita bertawassul kepada Allah dengan amal saleh kita.'
Orang pertama berkata:
'Ya Allah, aku dahulu memiliki kedua orang tua yang sudah tua renta. Aku tidak pernah memberi minum susu (hasil perahan) kepada keluarga dan budakku sebelum kepada mereka berdua. Suatu hari aku pergi mencari kayu bakar hingga aku tidak pulang sampai malam. Ketika aku pulang, kudapati mereka telah tertidur. Maka aku berdiri di samping mereka sambil membawa wadah susu, aku tidak ingin membangunkan mereka dan aku juga tidak ingin memberi minum kepada keluarga atau budakku sebelum mereka. Aku terus berdiri di samping mereka hingga fajar menyingsing.'
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami dari batu ini.’
Maka batu itu bergeser sedikit, tapi mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berkata:
‘Ya Allah, dahulu aku mencintai sepupuku seperti cintanya seorang pria kepada wanita. Aku ingin berzina dengannya, tetapi dia menolak hingga aku memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga mendapatkan uang itu. Ketika aku hampir menidurinya, dia berkata: "Takutlah kepada Allah, dan jangan kau rusak keperawananku kecuali dengan haknya." Maka aku bangkit dan meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai, dan aku juga membiarkan uang itu.’
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami.’
Maka batu itu kembali bergeser, namun mereka masih belum bisa keluar.
Orang ketiga berkata:
‘Ya Allah, dahulu aku mempekerjakan beberapa orang buruh dan aku membayar mereka kecuali satu orang yang pergi tanpa mengambil upahnya. Maka aku investasikan uangnya itu hingga berkembang menjadi harta yang banyak berupa ternak dan budak. Setelah sekian lama, orang itu kembali dan berkata: "Wahai hamba Allah, berikan upahku." Aku berkata: "Semua yang kamu lihat ini adalah milikmu." Ia berkata: "Wahai hamba Allah, jangan engkau mengejekku!" Aku katakan: "Aku tidak mengejekmu." Maka ia mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikit pun.’
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami.’
Maka batu itu pun bergeser seluruhnya dan mereka keluar berjalan.”
Demikian juga disyariatkan bertawassul dengan kecintaan terhadap Allah, Rasulullah dan orang-orang sholeh.
> اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي وَأَهْلِي وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
— رواه الترمذي (حديث حسن)
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu, dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan (aku memohon) amalan yang dapat menyampaikan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih aku cintai daripada diriku sendiri, keluargaku, dan air yang dingin."
c) Meminta doa dari orang sholeh yang masih hidup.
2. Tawassul terlarang.
Adalah bertawassul dengan orang-orang yang telah mati, dikarenakan pada zaman ini orang benar-benar meminta dari orang-orang yang telah mati.
Surat Yunus 106 :
> وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah engkau menyeru (berdoa) kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu. Jika engkau melakukannya, maka sesungguhnya engkau termasuk orang yang dzalim.
Hal ini bermula dari berlebihan (ghuluw) terhadap orang-orang yang shaleh, sampai pada titik ketika orang yang shaleh tersebut mati maka dijadikan sebagai tandingan Allah.
2 dalil memuliakan orang sholeh :
Surah Al-Hujurat ayat 13 :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
(QS. Al-Hujurat: 13)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ،
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ،
وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ،
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ،
وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا،
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا،
وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ.
— (رواه البخاري، رقم: 6502)
Rasulullah ﷺ bersabda: Allah Ta’ala berfirman:
"Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku telah menyatakan perang terhadapnya.
Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya.
Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar,
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
tangannya yang ia gunakan untuk memukul,
dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku beri,
dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi."
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Saturday, May 24, 2025
Ciri hati yang mati
﷽
📘 Al-Bahrur Raa’iq fi Az-Zuhd war-Raqaa’iq karya Syaikh Dr. Ahmad Farid
Ustadz Ahmad Bazher hafizhahullahu ta’ala
Musibah kematian hati adalah musibah yang memutuskan diri seseorang dari Allah, dan ini adalah musibah yang paling besar. Kita mempelajari agar kita dapat menjaga diri dari keburukan tersebut.
Imam Ibnul Qayyim :
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal rabbnya.
Hati yang mati adalah hati yang tidak ada kehidupan didalamnya.
Dan dia tidak menyembah Allah dengan cara yang Allah cintai dan ridhoi.
Bahkan hati ini akan terus mengikuti syahwat dan keinginan buruknya.
Walaupun hal tersebut dapat mendatangkan kemurkaan dan kemarahan Allah.
Dan hati yang mati ini beribadah kepada selain Allah dan menghamba pada selain Allah.
Bergaul dengan orang seperti ini beracun bagi hati kita dan menemaninya adalah sebuah kebinasaan.
Ciri-ciri hati yang mati :
1) Tidak ada kehidupan didalamnya. Ketika disebutkan ayat Allah hatinya tidak tergerak, bahkan meninggalkan perintah Allah dan bahkan menyepelekan perintah Allah, tidak pernah bertawakal pada Allah dan bergantung pada mahluk.
QS. Al Anfal 2 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan orang yang tidak mengingat Rabb-nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.
(Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, no. 6407, dan juga oleh Imam Muslim)
QS. At Taubah 124 - 125 :
وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِ إِيمَانًا ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ فَزَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Dan apabila diturunkan suatu surat (Al-Qur'an), maka di antara mereka (orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat itu menambah imannya dan mereka merasa gembira.
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كَـٰفِرُونَ
Tetapi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir.
2) Hati yang tidak mengenal rabbnya tidak menyembahnya dengan menjalankan perintahnya sesuai yang Allah cintai dan ridhoi.
QS. Al Kahfi 57 :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِىَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًۭا ۚ وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى ٱلْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوٓا۟ إِذًۭا أَبَدًۭا
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah menjadikan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka) tidak memahaminya dan di telinga mereka ada sumbatan; dan jika engkau menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.
Maka jangan pernah kita menolak syariat Allah, bila kita tidak mampu melakukan maka hendaknya kita bertaubat.
3) Syahwat dan hawa nafsu buruknya menjadi Tuhannya.
QS. Al Kahfi 28 :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطٗا
Dan bersabarlah kamu(Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.
QS. Al Jasiyah 23 :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗۚ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?.
Syaikh Abdurrahman As Sa'di ketika menafsirkan ayat ini Allah jadikan manusia tersebut menjadikan hawa nafsunya menjadi jalan hidupnya dan tidak peduli apakah ini melanggar perintah dan larangan Allah atau tidak.
Salah satu hukman terbesar Allah terhadap seorang hamba adalah membiarkan seseorang dalam keadaan berbuat maksiat dan dosa, bahkan hingga dalam keadaan tidak mampu, namun syahwat buruknya masih menginginkan melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat tersebut.
4) Dadanya(hatinya) selalu terasa sempit, sedih, gelisah dan galau.
QS. Al Anam 125 :
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَـٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقٗا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Maka barang siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki-Nya menjadi sesat, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman.
Salah satu nikmat Allah yang seluruh manusia didunia ini cari saat ini adalah "Ketenangan Hati", maka bersyukurlah pada Allah ketika Allah berikan ketenangan dalam hati kita.
5) Tidak dapat mengenal dan membedakan perbuatan Ma'aruf dan Munkar.
تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُوْدًا عُوْدًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ الْقُلُوبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: قَلْبٍ أَسْوَدَ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا، لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ، وَقَلْبٍ أَبْيَضَ لَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ.
Fitnah-fitnah itu akan dipaparkan pada hati sebagaimana anyaman tikar seutas demi seutas. Maka hati mana saja yang menerima (fitnah itu), akan ditorehkan padanya satu titik hitam. Dan hati mana saja yang menolaknya, akan ditorehkan padanya satu titik putih. Sehingga jadilah hati itu dua macam: hati yang putih bersih, tidak akan membahayakannya fitnah selama langit dan bumi masih ada; dan hati yang hitam legam, seperti bejana terbalik, tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, kecuali apa yang telah dicampur dengan hawa nafsunya. (HR. Muslim, no. 144).
6) Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Alqur'an yang dibacakan kepadanya.
QS. Al A'raf 50 - 51 :
وَنَادَىٰٓ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ أَصْحَٰبَ ٱلْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا۟ عَلَيْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ ۚ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Tuangkanlah kepada kami sedikit air atau rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu.” Mereka (penghuni surga) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,”
ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا ۚ فَٱلْيَوْمَ نَنسَىٰهُمْ كَمَا نَسُوا۟ لِقَآءَ يَوْمِهِمْ هَـٰذَا وَمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَجْحَدُونَ
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari ini Kami melupakan mereka sebagaimana dahulu mereka melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.
Imam Hasan Al Basri ketika akan berbuka puasa disediakan air dan kurma, ketika akan meneguk air teringat akan ayat diatas.
Imam Ibnul Jauzi berkata carilah hatimu pada 3 keadaan ini :
Carilah hatimu pada tiga tempat:
1. Ketika engkau mendengarkan Al-Qur’an.
2. Di dalam majelis dzikir.
3. Dan di saat-saat engkau menyendiri bersama Allah (berkhalwat).
Jika engkau tidak menemukannya di tempat-tempat itu, maka mohonlah kepada Allah agar menganugerahkan hati (yang hidup) kepadamu, karena sesungguhnya engkau tidak memiliki hati.
7) Lebih mencintai dunia ketimbang akhirat.
QS. Hud 15 - 16 :
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌۭ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (apa-apa) di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ، أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram.(HR. Bukhari, no. 2083)
Salah satu doa Rasulullah :
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
Allāhumma lā taj‘alid-dunyā akbara hammīnā, wa lā mablagha ‘ilminā.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami.
QS. Isra 18 - 19 :
مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia yang segera (sementara), Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya Neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia beriman, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik (dihargai).
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Wednesday, May 7, 2025
Kitab Al-Wasiyyah Ash-Shughra (Bag. 2)
﷽
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung
https://www.youtube.com/live/dNlq9yx2tt4
Dosa-dosa bisa terhapus dengan beberapa faktor berikut:
(1) Taubat.
(2) Istighfar tanpa taubat, karena Allah terkadang mengampuni seseorang atas doanya (meminta ampun) meskipun belum bertaubat (belum menyesal dan belum berhenti).[9] Jika taubat dan istighfar terkumpul maka ia sempurna.
(3) Amal sholih sebagai pelebur dosa baik dari :
a) Amalan penghapus dosa yang telah ditentukan kafarahnya seperti kafarahnya orang yang jima pada bulan ramadhan demikian juga orang zhihar (menyamakan istri dengan punggung ibunya).
b) Amalan penghapus dosa yang tidak ditentukan kafarahnya.
Amal sholeh terbagi menjadi 2 :
1) Amalan-amalan pelebur dosa yang khusus, contohnya : puasa berturut-turut untuk yang jima pada siang hari bulan ramadhan.
2) Amalan-amalan pelebur dosa yang umum, contohnya : sholat 5 waktu, sholat Jum'at ke Jum'at berikutnya, duduk pada majelis ilmu, membaca doa kafaratul majelis, puasa arafah, sujud, thawaf.
Ilmu yang bermanfaat membuahkan rasa takut kepada Allah, maka tujuan menuntut ilmu adalah agar menambah ketakwaan pada Allah. Tanda ilmu yang bermanfaat menurut para ulama :
1. Membuahkan rasa takut pada Allah.
2. Membuahkan amal shaleh.
3. Mengingatkan kita kepada kematian.
4. Semakin baik adab dan ahlaknya.
5. Mengikis 2 jenis penyakit dalam hati (syubhat dan syahwat).
6. Ilmu tersebut menjadikan kita berlapang dada dan sayang terhadap manusia.
Dan ketahuilah bahwa perhatian dengan masalah ini termasuk hal yang sangat dibutuhkan sekali oleh manusia, karena manusia semenjak baligh, khususnya di zaman ini saat Islam lemah, menyerupai Jahiliyyah dari sebagian segi sehingga manusia yang tumbuh diantara ahli ilmu dan agama saja bisa tercemar oleh perkara jahiliyyah dalam beberapa hal, lantas bagaimana dengan selainnya ?.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟
قَالَ: فَمَنْ؟
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang dhabb (sejenis biawak), niscaya kalian akan mengikutinya."
Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nasrani?"
Beliau menjawab: "Lalu siapa lagi?"
Sumber Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 7320) dan Muslim (no. 2669) dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
Penting bagi kita untuk mengenali dan menghindari perilaku jahiliyyah.
قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ:
"مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِنَ الْيَهُودِ، وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِنَ النَّصَارَى."
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:
"Barang siapa yang rusak dari kalangan ulama kita, maka dia menyerupai orang-orang Yahudi. Dan barang siapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, maka dia menyerupai orang-orang Nasrani."
Orang yahudi dikenal dalam Al-Qur’an sebagai kaum yang memiliki ilmu, tetapi tidak mengamalkannya. Sedangkan orang nasrani dikenal sebagai kaum yang beribadah dan beramal, tetapi tidak berdasarkan ilmu yang benar.
Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang dapat menjernihkan hati kita dari kotoran hati (syubhat dan syahwat) baik bagi orang awam maupun bagi penuntut ilmu.
Beberapa penyakit yang banyak menimpa penuntut ilmu untuk diwaspadai :
1. Riya', maka untuk menghindarinya sedapat mungkin menyembunyikan amal shaleh.
2. Ghibah.
3. An Namimah (adu domba).
4. Al Kibr (sombong), maka untuk menghindarinya dengan bersikap tawadhu.
5. Dzalim (melampaui batas).
6. Al Hasad (iri), maka untuk menghindarinya hendaknya menekan rasa hasadnya.
7. Tidak mengamalkan ilmunya.
8. Berfatwa tanpa ilmu.
9. Berburuk sangka.
10. Debat kusir.
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Sunday, February 9, 2025
Anti FOMO Club
﷽
Kajian Kak Yogi.
Parenting Bandung ISlamic Club. (BiSC)
Apakah benar apabila seorang ayah tidak memiliki peran yang besar dalam pendidikan anak maka akan memberikan dampak yang besar ? Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, seorang ulama dan ahli fikih terkenal dalam Islam, peran seorang ayah dalam pendidikan anak sangatlah penting. Dalam kitabnya, Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, Ibnul Qayyim menekankan bahwa tanggung jawab mendidik anak tidak hanya dibebankan pada ibu, tetapi juga pada ayah. Ayah memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, akhlak, dan kepribadian anak.
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa jika seorang ayah mengabaikan perannya dalam pendidikan anak, hal ini dapat memberikan dampak negatif yang signifikan. Anak mungkin kehilangan figur yang kuat dan bijaksana dalam hidupnya, yang dapat memengaruhi perkembangan emosional, spiritual, dan sosialnya. Ayah adalah sosok yang seharusnya memberikan bimbingan, perlindungan, dan teladan dalam hal kebaikan dan ketakwaan.
Apabila anak telah menginjak usia remaja maka peran ayah akan semakin penting, adapun tema hari ini adalah Parents Team Work, Dalam kitab "Kaifa Turabbi Abnaaka" (كيف تربي أبناءك) salah satu karya yang membahas tentang metode pendidikan anak dalam Islam. Penulis kitab ini adalah Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu :
1. Bermain pada 7 tahun yang pertama.
2. Didiklah pada 7 tahun yang kedua.
3. Bersahabat pada 7 tahun berikutnya.
Pada fase ke 3 ini tidak dikekang namun diajarkan, ditemani dan didampingi, pada tahap ini juga kapasitas sexual setiap anak berkembang, ini yang harus menjadi perhatian dari orangtua, mereka harus dipenuhi kebutuhan perhatian dan cinta dari orangtuanya dan dipahamkam aqidah untuk mengetahui hal yang haram, dan hal yang berbahaya apabila mereka mencari kebahagiaan melalui media sosial yang banyak memberikan dampak negatif pada pola pikirnya (Brain Rooting).
Pada hasil journal 2024 kecanduan pornografi terjadi dari usia 10 tahun, dalam hasil survey yang lain udia 9 - 11 tahun sudah pernah melihat pornografi.
Fase tumbuh kembang remaja terdapat beberapa kebutuhan :
1. Fase membentuk harga diri dan identitas diri.
Hal ini dapat dicapai dengan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga, membangun kepercayaan dengan anak, dan bersikap konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Apabila tidak mampu mendapatkan hal ini mereka akan kehilangan kemampuan mengenal identitas dirinya / misidentity. Bagaimana membangun karakter ini pada anak ? :
1) Membangun komunikasi yang baik.
2) Memberikan bahasa-bahasa cinta, perhatian dan "act of service".
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
**خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي**
(رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد)
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
3) Menunjukkan kebanggaan terhadap anak. Apresiasi terhadap fase setiap keberhasilan anak sekecil apapun.
4) Komitmen dan disiplin terhadap aturan.
5) Fokus menemukan keterampilan dan minat mereka. Lakukan test dengan : ¹Membangun afirmasi & ²Mendorong minat mereka.
2. Fase intimacy / kedekatan personal.
Jurnal yang dipublish tahun 2024 kementrian kesehatan Indonesia angka bunuh diri yang tinggi didunia, bunuh diri merupakan pembunuh nomor 2 di Indonesia, dari penelitian pencetusnya adalah karena faktor percintaan. Berarti banyak masalah pemenuhan cinta dari keluarga yang kurang.
Intimacy harus diciptakan dan dibangun.
1) Orangtua kompak dalam berkomunikasi dan menunjukkan cinta.
2) Meningkatkan kualitas pembangunan diri anak.
Ajak anak berdiskusi dengan menanyakan :
1. Ceritakan tentang ayah dan bunda.
2. Ceritakan kelebihan dirinya.
3. Kelak apa yang mereka inginkan / cita-citakan.
Penggunaan gadget terbagi menjadi 2 hal yang perlu diperhatikan orangtua :
1. Safety : waktu, do and don't dan pemilihan konten.
2. Professional : penggunaan gadget menghasilkan konten yang baik dan tidak melanggar syariat.
Barakallahu fikum
Wa Jazakumullahu khair.
Pokok - Pokok Akidah (Bagian 3)
﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Kitab Ushul Sunnah - Imam A...
-
intitle:"index of" "/usernames" intext:"-----BEGIN CERTIFICATE-----" ext:txt intitle:"index of" ...
-
﷽ This is just a 5 minutes article on howto install Anydesk on Debian based Linux (Kali/Parrot/Ubuntu). # Update and preparation : $ s...