Wednesday, July 30, 2025

Pokok - Pokok Akidah (Bagian 3)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

Kitab Ushul Sunnah - Imam Ahmad bin Hambal.

https://www.youtube.com/live/g4ZsalsuEks?si=aceHZW-nfPYDzbYl

Faidah-faidah dari mempelajari kitab-kitab aqidah ahlu sunnah para salaf :
1. Mengokohkan kita diatas pondasi yang kuat dengan Al Qur'an dan Sunnah.
2. Membentengi diri dari syubhat ahlul bid'ah.
3. Memahami aqidah dengan mudah (kitab aqidah ditulis para ulama dengan bahasa yang mudah dipahami).
4. Menguatkan hubungan antara kita dengan ulama-ulama salaf (penulis kitab).
5. Membentengi para pemuda dengan aqidah yang benar dan kokoh.

Menjauhi mendebat para pengikut hawa nafsu dan duduk bersama mereka, serta meninggalkan berdebat dalam agama. 

1) Larangan duduk dengan pengikut hawa nafsu (ahlul bid'ah).
Agama ini bukan berdasarkan hawa nafsu, perasaan ataupun akal, agama ini berdasarkan wahyu dari Al Qur'an dan Hadist.

Sifat dasar manusia adalah lemah ;

QS. An-Nisa 28 :
يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah.

QS. Al Kahfi 28 :
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًۭا
Bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah engkau palingkan pandanganmu dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya melewati batas.

Hadist :
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api (pandai besi). Pembawa minyak wangi bisa jadi memberimu (minyak itu), atau kamu membeli darinya, atau kamu mencium bau harum darinya. Sedangkan peniup api bisa jadi membakar pakaianmu, atau kamu mencium darinya bau yang busuk. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalil mengapa ulama melarang duduk dengan ahlul bid'ah :

QS. Al-An'am 68 :
وَإِذَا رَأَيْتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيْطَٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ ٱلذِّكْرَىٰ مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Apabila engkau melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan engkau lupa, maka janganlah engkau tetap duduk bersama orang-orang zalim itu setelah teringat.

Menurut sahabat Ibnu Abbas : Masuk didalam ayat ini adalah ahlul bid'ah.
Menurut Imam Al Syauqani : Terdapat pelajaran dalam ayat tersebut, apabila tidak dapat mengingkari kemungkaran yang mereka lakukan maka setidaknya jangan ikut duduk, agar tidak dijadikan alasan pembenaran oleh orang awam terhadap kebid'ahan mereka. Karena lebih besar mudharatnya dibanding duduk dengan ahli maksiat.

HR. al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad :
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
Larilah dari orang yang mengidap lepra sebagaimana engkau lari dari singa.

Sedangkan bid'ah lebih berbahaya daripada penyakit dunia.

Hadist riwayat Abu Dawud no. 4319 :
 مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ
Barang siapa yang mendengar tentang (kemunculan) Dajjal, maka hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah, sungguh seseorang mendatanginya dalam keadaan merasa dirinya beriman, namun akhirnya ia mengikuti Dajjal karena terpengaruh oleh syubhat (keraguan dan tipu daya) yang dibawanya.

Dajjal memiliki 2 makna :
1) Dajjal akbar, yang keluar pada akhir zaman.
2) Dajjal dengan makna para pendusta (para ahlul bid'ah termasuk didalam kategori ini).

Hadist riwayat Ahmad no. 1473, Darimi :

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: أَتَى عُمَرُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَرَأَهُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَغَضِبَ وَقَالَ:
«أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيَضَاءَ نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَيُخَبِّرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ...»

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
"Umar datang kepada Nabi ﷺ dengan membawa sebuah tulisan dari ahli kitab (Taurat), lalu ia membacanya kepada Nabi ﷺ. Maka Nabi pun marah seraya bersabda:

'Apakah engkau ragu dan bingung, wahai Ibnul Khattab? Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku telah membawa ajaran yang putih bersih. Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang apa pun, karena bisa jadi mereka mengabarkan kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau mereka mengabarkan kebatilan lalu kalian membenarkannya…'"

Dalil dari ijma ulama ahlu sunnah :

- Nukilan Hasan. Al Basri : Jangan duduk dengan ahlul bid'ah, jangan mendebat mereka dan jangan mendengarkan mereka.
- Sikap Imam Ibnu Sirrin : Ketika ahlul bid'ah hendak membacakan satu hadist dari ahlul bid'ah, beliau tidak mau mendengarkan.

Mengapa para ulama melarang hal ini ? 
"Karena hati itu lemah dan syubhat kencang menerpa".

Apa bahaya dari semua itu (duduk dengan ahlul bid'ah) ?
1. Dikhawatirkan terkena syubhat dan tak sanggup untuk membantah.
2. Menentang larangan Al Qur'an dan hadist.
3. Menjadikan kita mencintai mereka, padahal agama teman mempengaruhi seseorang.
المرءُ على دينِ خليلِه، فلينظرْ أحدُكم من يُخالِلْ
Seseorang itu berada di atas agama (gaya hidup) temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia berteman. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad. Dihasankan oleh al-Albani)
4. Menguatkan mereka dalam kebid'ahan.
5. Menjadi fitnah bagi orang-orang awam.

Syubhat adalah sallah satu penyakit hati yang berbahaya dan sumber kerusakan agama. Penyakit hati ada 2 :
1. Syubhat, kerancuan dalam agama yang menyerupai kebenaran.
2. Syahwat.

طُوبَى لِمَن كُفِيَ الفِتَنَ، ولِمَنِ ابْتُلِيَ فَصَبَرَ
Beruntunglah orang yang dijauhkan dari fitnah, dan beruntung pula orang yang diuji lalu bersabar.
(HR. Abu Dawud dan al-Hakim, disahihkan oleh al-Albani)

Bagaimana seorang muslim menyikapi syubhat :
1) Langkah sebelum terkena syubhat, adalah dengan menjauhinya, sebagaimana sikap ulama-ulama terdahulu.
2) Langkah bila terpapar syubhat adalah dengan melakukan hal berikut :
a) Hendaknya tegar.
b) Bergantung pada Allah dan banyak berdoa.
اللّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu. (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya. Dinyatakan hasan sahih oleh Tirmidzi)
c) Tidak larut menyimpannya, bersegera melepaskan diri.
d) Bersegera pergi mengobatinya, ke ulama Rabbani yang menguasai Al Qur'an dan As Sunnah.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
(QS. An-Nahl: 43 dan QS. Al-Anbiya: 7)
e) Pegang erat-erat kaidah pokok-pokok agama.


2) Larangan berdebat dengan ahlul bid'ah.

Debat atau jiddal terbagi 2 :

1. Debat yang tercela, yaitu jika debat untuk membantah kebenaran, memenangkan kebathilan, tanpa ilmu, tidak jujur atau dengan cara-cara yang kotor.

Dalilnya : 

مَا يُجَادِلُ فِي آيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ۖ فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ
Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah selain orang-orang yang kafir. Maka janganlah engkau terperdaya oleh perjalanan mereka di negeri-negeri.
(QS. Ghafir: 4)

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الجَدَلَ
Tidaklah suatu kaum sesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berdebat.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dinyatakan hasan oleh al-Albani)

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, walaupun ia berada di pihak yang benar.
(HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh al-Albani)

2. Debat yang diperbolehkan/ disyariatkan, jiddal bagi mereka yang memiliki ilmu yang kuat, dengan cara yang baik dan benar serta terdapat manfaat yang lebih besar dibandingkan mudharatnya, namun tetap dengan kaidah bahwa hukum asalnya adalah tetap menjauhi jiddal.

ادْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl: 125)

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya – dinyatakan hasan)

Barakallahu fiikum 
Wa jazakumullahu khair.




No comments:

Pokok - Pokok Akidah (Bagian 3)

 ﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Kitab Ushul Sunnah - Imam A...