Thursday, May 29, 2025
Tawassul & Syafaah
📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah
TAWASSUL & SYAF‘AH
Meniti jalan yang lurus dalam memahami perantara ibadah dan pertolongan akhirat, sesuai tuntunan Rasul ﷺ.
Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله
🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung
https://www.youtube.com/live/zL_H0af0JlA?si=M5ab2pbxJJS7zn5Z
Apa saja macam ibadah / perkara yang disebut dengan tawassul :
1. Tawassul disyariatkan, adalah tawassul dengan :
a) Nama-nama dan sifat Allah.
Surat Al Araf 180 :
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَآئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Dan Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Asma’ul Husna), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Menjadikan nama-nama Allah menjadi sebab doa diijabah. Sekaligus menjadi dalil bertawassul dengan sifat Allah karena setiap nama Allah memiliki sifat.
Surat Al Maidah 35 :
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, agar kamu beruntung.
Mendekatkan diri pada Allah dengan mentaati Allah, kemudian beramal dengan amal yang diridhoi Allah.
Penggalan ayat ini dinukil oleh Imam Qatadah (Kibarut Tabiin) murid dari sahabat Abdullah Ibnu Abbas.
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, takdir-Mu adil terhadapku.
Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu :
Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku, dan pengusir kegelisahanku.
Doa tersebut diatas menjadi dalil bahwa nama Allah tidak terbatas pada 99 dan ada nama Allah yang tersembunyi.
b) Amal shaleh.
عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الأَسْلَمِيِّ، قَالَ:
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: سَلْ.
فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ
فَقَالَ: أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ؟
قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ.
قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ.
— رواه مسلم (رقم: 489)
Dari Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, ia berkata:
"Aku pernah bermalam bersama Rasulullah ﷺ, lalu aku membawakan air wudhu dan keperluannya. Maka beliau bersabda: ‘Mintalah (apa yang kamu inginkan).'
Aku menjawab: 'Aku ingin menemanimu di surga.'
Beliau bersabda: ‘Apakah tidak ada permintaan lain?’
Aku berkata: ‘Itu saja.’
Beliau bersabda: ‘Kalau begitu, bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud.’”
Dari hadist diatas amal Sholeh dapat dipergunakan sebagai jalan tawassul yaitu dengan sholat, dan sholat adalah amal shaleh yang paling afdhal.
Demikian juga bertawassul dengan amal Sholeh yang dilakukan dalam bentuk lain, sebagaimana hadist berikut :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
"انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَتَّى أَوَاهُمُ الْمَبِيتُ إِلَى غَارٍ، فَدَخَلُوهُ، فَانْحَطَّتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ، فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ، فَقَالُوا: إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ."
فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ، وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا، فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا، فَلَمْ أَرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا، فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا، وَأَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدِي، أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَدَ الْفَجْرُ، فَاسْتَيْقَظَا، فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ لَنَا مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ.
وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِي ابْنَةُ عَمٍّ، كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ، فَرَاوَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا، فَأَبَتْ إِلَّا أَنْ آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ، فَطَلَبْتُهَا حَتَّى قَدِرْتُ، فَجِئْتُهَا بِهَا، فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا، قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، اتَّقِ اللَّهَ، وَلَا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ، فَقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا، وَإِنَّهَا كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ، وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهُ إِيَّاهَا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ لَنَا، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا.
وَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ، وَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ، غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ، تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ، فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ، فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ، مِنَ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، لَا تَسْتَهْزِئْ بِي، فَقُلْتُ: لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ، فَاسْتَاقَهُ، فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ عَنَّا، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ، فَخَرَجُوا يَمْشُونَ.
📚 (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tiga orang dari umat sebelum kalian berjalan hingga mereka terpaksa bermalam dalam sebuah gua. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung lalu menutupi pintu gua itu. Maka mereka berkata: 'Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari batu ini kecuali kita bertawassul kepada Allah dengan amal saleh kita.'
Orang pertama berkata:
'Ya Allah, aku dahulu memiliki kedua orang tua yang sudah tua renta. Aku tidak pernah memberi minum susu (hasil perahan) kepada keluarga dan budakku sebelum kepada mereka berdua. Suatu hari aku pergi mencari kayu bakar hingga aku tidak pulang sampai malam. Ketika aku pulang, kudapati mereka telah tertidur. Maka aku berdiri di samping mereka sambil membawa wadah susu, aku tidak ingin membangunkan mereka dan aku juga tidak ingin memberi minum kepada keluarga atau budakku sebelum mereka. Aku terus berdiri di samping mereka hingga fajar menyingsing.'
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami dari batu ini.’
Maka batu itu bergeser sedikit, tapi mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berkata:
‘Ya Allah, dahulu aku mencintai sepupuku seperti cintanya seorang pria kepada wanita. Aku ingin berzina dengannya, tetapi dia menolak hingga aku memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga mendapatkan uang itu. Ketika aku hampir menidurinya, dia berkata: "Takutlah kepada Allah, dan jangan kau rusak keperawananku kecuali dengan haknya." Maka aku bangkit dan meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai, dan aku juga membiarkan uang itu.’
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami.’
Maka batu itu kembali bergeser, namun mereka masih belum bisa keluar.
Orang ketiga berkata:
‘Ya Allah, dahulu aku mempekerjakan beberapa orang buruh dan aku membayar mereka kecuali satu orang yang pergi tanpa mengambil upahnya. Maka aku investasikan uangnya itu hingga berkembang menjadi harta yang banyak berupa ternak dan budak. Setelah sekian lama, orang itu kembali dan berkata: "Wahai hamba Allah, berikan upahku." Aku berkata: "Semua yang kamu lihat ini adalah milikmu." Ia berkata: "Wahai hamba Allah, jangan engkau mengejekku!" Aku katakan: "Aku tidak mengejekmu." Maka ia mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikit pun.’
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami.’
Maka batu itu pun bergeser seluruhnya dan mereka keluar berjalan.”
Demikian juga disyariatkan bertawassul dengan kecintaan terhadap Allah, Rasulullah dan orang-orang sholeh.
> اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي وَأَهْلِي وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
— رواه الترمذي (حديث حسن)
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu, dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan (aku memohon) amalan yang dapat menyampaikan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih aku cintai daripada diriku sendiri, keluargaku, dan air yang dingin."
c) Meminta doa dari orang sholeh yang masih hidup.
2. Tawassul terlarang.
Adalah bertawassul dengan orang-orang yang telah mati, dikarenakan pada zaman ini orang benar-benar meminta dari orang-orang yang telah mati.
Surat Yunus 106 :
> وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah engkau menyeru (berdoa) kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu. Jika engkau melakukannya, maka sesungguhnya engkau termasuk orang yang dzalim.
Hal ini bermula dari berlebihan (ghuluw) terhadap orang-orang yang shaleh, sampai pada titik ketika orang yang shaleh tersebut mati maka dijadikan sebagai tandingan Allah.
2 dalil memuliakan orang sholeh :
Surah Al-Hujurat ayat 13 :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
(QS. Al-Hujurat: 13)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ،
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ،
وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ،
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ،
وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا،
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا،
وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ.
— (رواه البخاري، رقم: 6502)
Rasulullah ﷺ bersabda: Allah Ta’ala berfirman:
"Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku telah menyatakan perang terhadapnya.
Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya.
Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar,
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
tangannya yang ia gunakan untuk memukul,
dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku beri,
dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi."
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Saturday, May 24, 2025
Ciri hati yang mati
﷽
📘 Al-Bahrur Raa’iq fi Az-Zuhd war-Raqaa’iq karya Syaikh Dr. Ahmad Farid
Ustadz Ahmad Bazher hafizhahullahu ta’ala
Musibah kematian hati adalah musibah yang memutuskan diri seseorang dari Allah, dan ini adalah musibah yang paling besar. Kita mempelajari agar kita dapat menjaga diri dari keburukan tersebut.
Imam Ibnul Qayyim :
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal rabbnya.
Hati yang mati adalah hati yang tidak ada kehidupan didalamnya.
Dan dia tidak menyembah Allah dengan cara yang Allah cintai dan ridhoi.
Bahkan hati ini akan terus mengikuti syahwat dan keinginan buruknya.
Walaupun hal tersebut dapat mendatangkan kemurkaan dan kemarahan Allah.
Dan hati yang mati ini beribadah kepada selain Allah dan menghamba pada selain Allah.
Bergaul dengan orang seperti ini beracun bagi hati kita dan menemaninya adalah sebuah kebinasaan.
Ciri-ciri hati yang mati :
1) Tidak ada kehidupan didalamnya. Ketika disebutkan ayat Allah hatinya tidak tergerak, bahkan meninggalkan perintah Allah dan bahkan menyepelekan perintah Allah, tidak pernah bertawakal pada Allah dan bergantung pada mahluk.
QS. Al Anfal 2 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan orang yang tidak mengingat Rabb-nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.
(Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, no. 6407, dan juga oleh Imam Muslim)
QS. At Taubah 124 - 125 :
وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِ إِيمَانًا ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ فَزَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Dan apabila diturunkan suatu surat (Al-Qur'an), maka di antara mereka (orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat itu menambah imannya dan mereka merasa gembira.
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كَـٰفِرُونَ
Tetapi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir.
2) Hati yang tidak mengenal rabbnya tidak menyembahnya dengan menjalankan perintahnya sesuai yang Allah cintai dan ridhoi.
QS. Al Kahfi 57 :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِىَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًۭا ۚ وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى ٱلْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوٓا۟ إِذًۭا أَبَدًۭا
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah menjadikan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka) tidak memahaminya dan di telinga mereka ada sumbatan; dan jika engkau menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.
Maka jangan pernah kita menolak syariat Allah, bila kita tidak mampu melakukan maka hendaknya kita bertaubat.
3) Syahwat dan hawa nafsu buruknya menjadi Tuhannya.
QS. Al Kahfi 28 :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطٗا
Dan bersabarlah kamu(Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.
QS. Al Jasiyah 23 :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗۚ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?.
Syaikh Abdurrahman As Sa'di ketika menafsirkan ayat ini Allah jadikan manusia tersebut menjadikan hawa nafsunya menjadi jalan hidupnya dan tidak peduli apakah ini melanggar perintah dan larangan Allah atau tidak.
Salah satu hukman terbesar Allah terhadap seorang hamba adalah membiarkan seseorang dalam keadaan berbuat maksiat dan dosa, bahkan hingga dalam keadaan tidak mampu, namun syahwat buruknya masih menginginkan melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat tersebut.
4) Dadanya(hatinya) selalu terasa sempit, sedih, gelisah dan galau.
QS. Al Anam 125 :
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَـٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقٗا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Maka barang siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki-Nya menjadi sesat, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman.
Salah satu nikmat Allah yang seluruh manusia didunia ini cari saat ini adalah "Ketenangan Hati", maka bersyukurlah pada Allah ketika Allah berikan ketenangan dalam hati kita.
5) Tidak dapat mengenal dan membedakan perbuatan Ma'aruf dan Munkar.
تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُوْدًا عُوْدًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ الْقُلُوبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: قَلْبٍ أَسْوَدَ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا، لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ، وَقَلْبٍ أَبْيَضَ لَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ.
Fitnah-fitnah itu akan dipaparkan pada hati sebagaimana anyaman tikar seutas demi seutas. Maka hati mana saja yang menerima (fitnah itu), akan ditorehkan padanya satu titik hitam. Dan hati mana saja yang menolaknya, akan ditorehkan padanya satu titik putih. Sehingga jadilah hati itu dua macam: hati yang putih bersih, tidak akan membahayakannya fitnah selama langit dan bumi masih ada; dan hati yang hitam legam, seperti bejana terbalik, tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, kecuali apa yang telah dicampur dengan hawa nafsunya. (HR. Muslim, no. 144).
6) Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Alqur'an yang dibacakan kepadanya.
QS. Al A'raf 50 - 51 :
وَنَادَىٰٓ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ أَصْحَٰبَ ٱلْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا۟ عَلَيْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ ۚ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Tuangkanlah kepada kami sedikit air atau rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu.” Mereka (penghuni surga) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,”
ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا ۚ فَٱلْيَوْمَ نَنسَىٰهُمْ كَمَا نَسُوا۟ لِقَآءَ يَوْمِهِمْ هَـٰذَا وَمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَجْحَدُونَ
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari ini Kami melupakan mereka sebagaimana dahulu mereka melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.
Imam Hasan Al Basri ketika akan berbuka puasa disediakan air dan kurma, ketika akan meneguk air teringat akan ayat diatas.
Imam Ibnul Jauzi berkata carilah hatimu pada 3 keadaan ini :
Carilah hatimu pada tiga tempat:
1. Ketika engkau mendengarkan Al-Qur’an.
2. Di dalam majelis dzikir.
3. Dan di saat-saat engkau menyendiri bersama Allah (berkhalwat).
Jika engkau tidak menemukannya di tempat-tempat itu, maka mohonlah kepada Allah agar menganugerahkan hati (yang hidup) kepadamu, karena sesungguhnya engkau tidak memiliki hati.
7) Lebih mencintai dunia ketimbang akhirat.
QS. Hud 15 - 16 :
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌۭ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (apa-apa) di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ، أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram.(HR. Bukhari, no. 2083)
Salah satu doa Rasulullah :
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
Allāhumma lā taj‘alid-dunyā akbara hammīnā, wa lā mablagha ‘ilminā.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami.
QS. Isra 18 - 19 :
مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia yang segera (sementara), Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya Neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia beriman, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik (dihargai).
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Wednesday, May 7, 2025
Kitab Al-Wasiyyah Ash-Shughra (Bag. 2)
﷽
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung
https://www.youtube.com/live/dNlq9yx2tt4
Dosa-dosa bisa terhapus dengan beberapa faktor berikut:
(1) Taubat.
(2) Istighfar tanpa taubat, karena Allah terkadang mengampuni seseorang atas doanya (meminta ampun) meskipun belum bertaubat (belum menyesal dan belum berhenti).[9] Jika taubat dan istighfar terkumpul maka ia sempurna.
(3) Amal sholih sebagai pelebur dosa baik dari :
a) Amalan penghapus dosa yang telah ditentukan kafarahnya seperti kafarahnya orang yang jima pada bulan ramadhan demikian juga orang zhihar (menyamakan istri dengan punggung ibunya).
b) Amalan penghapus dosa yang tidak ditentukan kafarahnya.
Amal sholeh terbagi menjadi 2 :
1) Amalan-amalan pelebur dosa yang khusus, contohnya : puasa berturut-turut untuk yang jima pada siang hari bulan ramadhan.
2) Amalan-amalan pelebur dosa yang umum, contohnya : sholat 5 waktu, sholat Jum'at ke Jum'at berikutnya, duduk pada majelis ilmu, membaca doa kafaratul majelis, puasa arafah, sujud, thawaf.
Ilmu yang bermanfaat membuahkan rasa takut kepada Allah, maka tujuan menuntut ilmu adalah agar menambah ketakwaan pada Allah. Tanda ilmu yang bermanfaat menurut para ulama :
1. Membuahkan rasa takut pada Allah.
2. Membuahkan amal shaleh.
3. Mengingatkan kita kepada kematian.
4. Semakin baik adab dan ahlaknya.
5. Mengikis 2 jenis penyakit dalam hati (syubhat dan syahwat).
6. Ilmu tersebut menjadikan kita berlapang dada dan sayang terhadap manusia.
Dan ketahuilah bahwa perhatian dengan masalah ini termasuk hal yang sangat dibutuhkan sekali oleh manusia, karena manusia semenjak baligh, khususnya di zaman ini saat Islam lemah, menyerupai Jahiliyyah dari sebagian segi sehingga manusia yang tumbuh diantara ahli ilmu dan agama saja bisa tercemar oleh perkara jahiliyyah dalam beberapa hal, lantas bagaimana dengan selainnya ?.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟
قَالَ: فَمَنْ؟
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang dhabb (sejenis biawak), niscaya kalian akan mengikutinya."
Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nasrani?"
Beliau menjawab: "Lalu siapa lagi?"
Sumber Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 7320) dan Muslim (no. 2669) dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
Penting bagi kita untuk mengenali dan menghindari perilaku jahiliyyah.
قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ:
"مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِنَ الْيَهُودِ، وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِنَ النَّصَارَى."
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:
"Barang siapa yang rusak dari kalangan ulama kita, maka dia menyerupai orang-orang Yahudi. Dan barang siapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, maka dia menyerupai orang-orang Nasrani."
Orang yahudi dikenal dalam Al-Qur’an sebagai kaum yang memiliki ilmu, tetapi tidak mengamalkannya. Sedangkan orang nasrani dikenal sebagai kaum yang beribadah dan beramal, tetapi tidak berdasarkan ilmu yang benar.
Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang dapat menjernihkan hati kita dari kotoran hati (syubhat dan syahwat) baik bagi orang awam maupun bagi penuntut ilmu.
Beberapa penyakit yang banyak menimpa penuntut ilmu untuk diwaspadai :
1. Riya', maka untuk menghindarinya sedapat mungkin menyembunyikan amal shaleh.
2. Ghibah.
3. An Namimah (adu domba).
4. Al Kibr (sombong), maka untuk menghindarinya dengan bersikap tawadhu.
5. Dzalim (melampaui batas).
6. Al Hasad (iri), maka untuk menghindarinya hendaknya menekan rasa hasadnya.
7. Tidak mengamalkan ilmunya.
8. Berfatwa tanpa ilmu.
9. Berburuk sangka.
10. Debat kusir.
Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.
Tawassul & Syafaah
﷽ 📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله https://www.youtube.com/l...
-
intitle:"index of" "/usernames" intext:"-----BEGIN CERTIFICATE-----" ext:txt intitle:"index of" ...
-
﷽ This is just a 5 minutes article on howto install Anydesk on Debian based Linux (Kali/Parrot/Ubuntu). # Update and preparation : $ s...