﷽
Ustadz Abu Qotadah hafizahullohuta'ala.
https://www.youtube.com/live/weYaeaj8Lu4?si=0e-v4M3AFd7RxJxG
Kita mengimani bahwa Allah telah menetapkan dan memberikan nikmat waktu dan hidup pada kita agar kita beribadah kepada Allah, berkaitan dengan tujuan hidup, yang pertama kita ajarkan kepada anak kita adalah tentang tujuan hidup.
Adz-Dzariyat (الذاريات) ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Ketika kita tahu bahwa karunia waktu adalah untuk ibadah, Allah dengan hikmah mengatur waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan untuk beribadah, sehingga kita harus mengetahui waktu dan tempat yang utama untuk beribadah.
Salah satu keutamaan ibadah ditentukan dengan waktu.
QS. At-Taubah: 36
> إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌۭ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَـٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةًۭ كَمَا يُقَـٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةًۭ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu; dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Diantara bulan-bulan tersebut adalah bulan Muharram, dalil haditsnya.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
HR. Muslim (no. 1163)
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam (tahajud).
Keutamaan bulan Muharram :
1. Tanggal 10 AsSyura, adalah hari kemenangan nabi Musa dari Fir'aun.
2. Tanggal 10 AsSyura, dijadikan waktu shaum oleh Rasulullah, puasa ini awalnya bersifat wajib sebelum datang syariat puasa Ramadlan.
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
HR. Muslim no. 1162
Puasa pada hari 'Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.
3. Puasa AsSyura dianjurkan pada tanggal 9 dan 10 AsSyura. Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لَئِنْ بَقِيتُ إِلَىٰ قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
Jika aku masih hidup sampai tahun depan, pasti aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a)."
(HR. Muslim no. 1134)
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Ada sejumlah hadist palsu yang menyebutkan kekhususan keutamaan pada tanggal 1 dan 30 bulan Muharram.
2. Kita dianjurkan puasa Asyura, dengan kaifiatnya :
1) Mencukupkan dengan hari ke 10 saja.
2) Menambahkan dengan hari ke 9 dan 10.
3) Puasa pada hari ke 9,10 dan 11.
3. Terdapat 2 bid'ah yang terkenal pada kaum muslimin, yaitu :
1) Bid'ah hari berkabung pada 10 AsSyura yang dilakukan oleh orang-orang Syi'ah karena kematian Syadina Hussein pada hari tersebut.
2) Bid'ah hari bergembira pada 10 AsSyura yang dilakukan kaum An-Nawashib yang mengkafirkan Ahlul bait.
4. Ghadir khum, keyakinan orang syi'ah 18 Dzulhijah sebagai hari pengangkatan Ali R.A menjadi Khalifah setelah Rasulullah.
Ketika menerima musibah :
1. Sabar, hukumnya wajib.
2. Ridho, hukumnya mustahab.
3. Bersyukur, karena terdapat hikmah dibalik musibah ; 1) menghapuskan dosa, 2) mengangkat derajat.
Yang dilarang ketika menerima musibah :
1. An-niyahah, meratapi histeris.
2. Tidak ridho terhadap ketetapan / takdir Allah.
Kembali kepada kitab Syarhus Sunnah
Beriman kepada Takdir :
1. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
2. Tidak ada yang terjadi kecuali dengan kehendak Allah.
3. Semua yang Allah kehendaki terjadi telah tertulis di Lauhil Mahfudz.
Semua yang terjadi di alam semesta berada dalam pengetahuan Allah, dan Allah telah menjalankan semuanya sesuai dengan takdirnya yang Allah tuliskan di Lauhil Mahfudz.
Hukum beriman pada Qada dan Qodar, merupakan bagian dari rukun iman yang enam.
Al-Qamar ayat 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (yang telah Kami tetapkan).
Hadist Jibril – HR. Muslim no. 8
أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره
Yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.
Bagaimana beriman kepada takdir ?
1. Beriman pada takdir adalah bagian beriman kepada Allah :
1) Beriman kepada Allah adalah bagian beriman kepada Rububiyah Allah, meliputi : 1) mengesakan Allah dalam penciptaan, 2) iman pada Allah dalam pengendalian dan kepemilikan. 3) iman bahwa Allah yang maha mengatur segala sesuatu.
2) Beriman kepada setiap nama Allah yang menunjukkan pada zat Allah dan sifat Allah.
Kedudukan iman kepada takdir ?
Merupakan syarat sahnya iman, tidaklah sah iman seseorang sehingga beriman kepada takdir.
Kita jelaskan tentang 2 hadist :
Hadist dari ‘Abdullah bin Mas’ud – Riwayat Muslim no. 144
ثلاثة لا يدخلون الجنة: مدمن الخمر، وقاطع الرحم، ومصدق بالسحر
Artinya:
Tiga golongan yang tidak akan masuk surga:
1) Pemabuk, 2) Pemutus tali silaturahmi, 3) Orang yang mempercayai sihir.
— (HR. Muslim no. 144)
Hadits Abdullah bin Umar tentang Qadariyah (orang yang tidak percaya takdir):
Riwayat Muslim (no. 8):
> عَنْ يُحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ، فَقُلْنَا: لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي، أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ، فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا أُنَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ – وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ – وَيَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ.
قَالَ: إِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ، وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ.
Yahya bin Ya’mar berkata:
"Orang pertama yang berkata tentang penolakan takdir di Bashrah adalah Ma’bad Al-Juhani. Maka aku dan Humaid bin Abdurrahman pergi ke Makkah untuk haji atau umrah, dan kami berkata: 'Andai saja kita bisa bertemu salah satu sahabat Rasulullah ﷺ agar kita bisa menanyakan pendapat orang-orang itu tentang takdir.'
Kami pun bertemu Abdullah bin Umar di dalam masjid, lalu aku dan temanku mengapit beliau. Aku berkata: 'Wahai Abu Abdurrahman (kunyah Ibnu Umar), di wilayah kami muncul orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan belajar ilmu, namun mereka berkata bahwa tidak ada takdir, dan bahwa segala sesuatu terjadi baru (tanpa ketetapan sebelumnya).'
Maka Abdullah bin Umar berkata: 'Jika engkau bertemu mereka, katakan bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku. Demi Allah, jika salah seorang dari mereka menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan diterima oleh Allah hingga mereka beriman kepada takdir.'
Pelajaran yang dapat diambil dari hadist diatas :
1. Tidak sah iman seseorang hingga beriman pada takdir.
2. Orang yang tidak beriman pada takdir (sekte qodariyah) adalah kafir dan keluar dari islam.
3. Keutamaan menuntut ilmu.
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(رواه مسلم، رقم 2699)
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim 2699)
4. Mengambil ilmu dari orang yang mengetahui.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْزِعُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَنْزِعُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
(رواه البخاري، رقم 100)
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia dengan mencabutnya langsung dari hati mereka. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa satu pun ulama, maka manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, no. 100)
5. Ilmu diberikan kepada semua orang oleh ulama.
Fadhilah iman kepada takdir :
1. Menimbulkan karakteristik mukmin yang sempurna.
a) Nilai bertawakal dan ketergantungan diri pada Allah, karena meyakini semua adalah ketetapan Allah dengan tidak meninggalkan menempuh sebab.
b) Hidayah datang bukan hanya sekedar dari menuntut ilmu semata, namun sesuai dengan yang telah Allah takdirkan.
2. Menimbulkan tumakninah, karena meyakini semua telah Allah tetapkan.
يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
(رواه الترمذي، رقم 2516، وقال: حديث حسن صحيح)
Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (takdir telah ditetapkan)." (HR. Tirmidzi no. 2516 – Hasan Shahih)
3. Seseorang akan sampai pada derajat Ridho terhadap segala ketetapan Allah, namun dilarang Ridho atau bersabar dalam musibah didalam agama, sebab ; 1) Allah telah memberikan manusia pilihan untuk menempuh jalan keselamatan, 2) Allah telah memberikan qudrah kemampuan untuk memilih, 3) takdir adalah Rahasia Allah, dan Allah telah memerintahkan melakukan kebaikan dan menghindari kemaksiatan.
Barakallahu fikum
Wa Jazakumullahu khair.