Sunday, June 29, 2025

Bedah kitab Syarhus Sunnah (Bagian 2)

 ﷽

Ustadz Abu Qotadah hafizahullohuta'ala.

https://www.youtube.com/live/weYaeaj8Lu4?si=0e-v4M3AFd7RxJxG

Kita mengimani bahwa Allah telah menetapkan dan memberikan nikmat waktu dan hidup pada kita agar kita beribadah kepada Allah, berkaitan dengan tujuan hidup, yang pertama kita ajarkan kepada anak kita adalah tentang tujuan hidup.

Adz-Dzariyat (الذاريات) ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Ketika kita tahu bahwa karunia waktu adalah untuk ibadah, Allah dengan hikmah mengatur waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan untuk beribadah, sehingga kita harus mengetahui waktu dan tempat yang utama untuk beribadah.
Salah satu keutamaan ibadah ditentukan dengan waktu.

QS. At-Taubah: 36

> إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌۭ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَـٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةًۭ كَمَا يُقَـٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةًۭ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu; dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Diantara bulan-bulan tersebut adalah bulan Muharram, dalil haditsnya.

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
HR. Muslim (no. 1163)

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam (tahajud).

Keutamaan bulan Muharram :
1. Tanggal 10 AsSyura, adalah hari kemenangan nabi Musa dari Fir'aun.
2. Tanggal 10 AsSyura, dijadikan waktu shaum oleh Rasulullah, puasa ini awalnya bersifat wajib sebelum datang syariat puasa Ramadlan.

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

HR. Muslim no. 1162
Puasa pada hari 'Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.

3. Puasa AsSyura dianjurkan pada tanggal 9 dan 10 AsSyura. Rasulullah ﷺ juga bersabda:

لَئِنْ بَقِيتُ إِلَىٰ قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

Jika aku masih hidup sampai tahun depan, pasti aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a)."
(HR. Muslim no. 1134)


Hal yang perlu diperhatikan :
1. Ada sejumlah hadist palsu yang menyebutkan kekhususan keutamaan pada tanggal 1 dan 30 bulan Muharram.
2. Kita dianjurkan puasa Asyura, dengan kaifiatnya :
  1) Mencukupkan dengan hari ke 10 saja.
  2) Menambahkan dengan hari ke 9 dan 10.
  3) Puasa pada hari ke 9,10 dan 11.
3. Terdapat 2 bid'ah yang terkenal pada kaum muslimin, yaitu :
  1) Bid'ah hari berkabung pada 10 AsSyura yang dilakukan oleh orang-orang Syi'ah karena kematian Syadina Hussein pada hari tersebut.
  2) Bid'ah hari bergembira pada 10 AsSyura yang dilakukan kaum An-Nawashib yang mengkafirkan Ahlul bait.
4. Ghadir khum, keyakinan orang syi'ah 18 Dzulhijah sebagai hari pengangkatan Ali R.A menjadi Khalifah setelah Rasulullah.

Ketika menerima musibah :
1. Sabar, hukumnya wajib.
2. Ridho, hukumnya mustahab.
3. Bersyukur, karena terdapat hikmah dibalik musibah ; 1) menghapuskan dosa, 2) mengangkat derajat.

Yang dilarang ketika menerima musibah :
1. An-niyahah, meratapi histeris.
2. Tidak ridho terhadap ketetapan / takdir Allah.

Kembali kepada kitab Syarhus Sunnah 

Beriman kepada Takdir :
1. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
2. Tidak ada yang terjadi kecuali dengan kehendak Allah.
3. Semua yang Allah kehendaki terjadi telah tertulis di Lauhil Mahfudz.

Semua yang terjadi di alam semesta berada dalam pengetahuan Allah, dan Allah telah menjalankan semuanya sesuai dengan takdirnya yang Allah tuliskan di Lauhil Mahfudz.

Hukum beriman pada Qada dan Qodar, merupakan bagian dari rukun iman yang enam.
Al-Qamar ayat 49

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (yang telah Kami tetapkan).

Hadist Jibril – HR. Muslim no. 8

أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره

Yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.


Bagaimana beriman kepada takdir ?
1. Beriman pada takdir adalah bagian beriman kepada Allah : 
1) Beriman kepada Allah adalah bagian beriman kepada Rububiyah Allah, meliputi : 1) mengesakan Allah dalam penciptaan, 2) iman pada Allah dalam pengendalian dan kepemilikan. 3) iman bahwa Allah yang maha mengatur segala sesuatu.
2) Beriman kepada setiap nama Allah yang menunjukkan pada zat Allah dan sifat Allah.

Kedudukan iman kepada takdir ?
Merupakan syarat sahnya iman, tidaklah sah iman seseorang sehingga beriman kepada takdir.

Kita jelaskan tentang 2 hadist :

Hadist dari ‘Abdullah bin Mas’ud – Riwayat Muslim no. 144

ثلاثة لا يدخلون الجنة: مدمن الخمر، وقاطع الرحم، ومصدق بالسحر

Artinya:
Tiga golongan yang tidak akan masuk surga:
1) Pemabuk, 2) Pemutus tali silaturahmi, 3) Orang yang mempercayai sihir.

— (HR. Muslim no. 144)

Hadits Abdullah bin Umar tentang Qadariyah (orang yang tidak percaya takdir):

Riwayat Muslim (no. 8):

> عَنْ يُحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ، فَقُلْنَا: لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي، أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ، فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا أُنَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ – وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ – وَيَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ.
قَالَ: إِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ، وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ.


Yahya bin Ya’mar berkata:
"Orang pertama yang berkata tentang penolakan takdir di Bashrah adalah Ma’bad Al-Juhani. Maka aku dan Humaid bin Abdurrahman pergi ke Makkah untuk haji atau umrah, dan kami berkata: 'Andai saja kita bisa bertemu salah satu sahabat Rasulullah ﷺ agar kita bisa menanyakan pendapat orang-orang itu tentang takdir.'

Kami pun bertemu Abdullah bin Umar di dalam masjid, lalu aku dan temanku mengapit beliau. Aku berkata: 'Wahai Abu Abdurrahman (kunyah Ibnu Umar), di wilayah kami muncul orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan belajar ilmu, namun mereka berkata bahwa tidak ada takdir, dan bahwa segala sesuatu terjadi baru (tanpa ketetapan sebelumnya).'

Maka Abdullah bin Umar berkata: 'Jika engkau bertemu mereka, katakan bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku. Demi Allah, jika salah seorang dari mereka menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan diterima oleh Allah hingga mereka beriman kepada takdir.'

Pelajaran yang dapat diambil dari hadist diatas :
1. Tidak sah iman seseorang hingga beriman pada takdir.
2. Orang yang tidak beriman pada takdir (sekte qodariyah) adalah kafir dan keluar dari islam.
3. Keutamaan menuntut ilmu.

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(رواه مسلم، رقم 2699)
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim 2699)
4. Mengambil ilmu dari orang yang mengetahui.

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْزِعُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَنْزِعُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
(رواه البخاري، رقم 100)
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia dengan mencabutnya langsung dari hati mereka. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa satu pun ulama, maka manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, no. 100)
5. Ilmu diberikan kepada semua orang oleh ulama.

Fadhilah iman kepada takdir :
1. Menimbulkan karakteristik mukmin yang sempurna.
a) Nilai bertawakal dan ketergantungan diri pada Allah, karena meyakini semua adalah ketetapan Allah dengan tidak meninggalkan menempuh sebab.
b) Hidayah datang bukan hanya sekedar dari menuntut ilmu semata, namun sesuai dengan yang telah Allah takdirkan.
2. Menimbulkan tumakninah, karena meyakini semua telah Allah tetapkan.
يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
(رواه الترمذي، رقم 2516، وقال: حديث حسن صحيح)

Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (takdir telah ditetapkan)." (HR. Tirmidzi no. 2516 – Hasan Shahih)
3. Seseorang akan sampai pada derajat Ridho terhadap segala ketetapan Allah, namun dilarang Ridho atau bersabar dalam musibah didalam agama, sebab ; 1) Allah telah memberikan manusia pilihan untuk menempuh jalan keselamatan, 2) Allah telah memberikan qudrah kemampuan untuk memilih, 3) takdir adalah Rahasia Allah, dan Allah telah memerintahkan melakukan kebaikan dan menghindari kemaksiatan.

Barakallahu fikum 
Wa Jazakumullahu khair.

Wednesday, June 25, 2025

Kitab Al-Wasiyyah Ash-Shughra (Bag. 4)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

https://www.youtube.com/live/zB6dYVH7NDo?si=7nDdHjo1ACStErnG

PEKERJAAN PALING UTAMA

Adapun pekerjaan terbaik maka tawakkal kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan mencukupi serta berbaik sangka kepada-Nya.

Tawakkal : bergantungnya / bersandarnya hati kepada Allah, disertai melakukan sebab.

Dalil hadist :

قال الله تبارك وتعالى:

> "يا عبادي، إني حرّمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرّما، فلا تظالموا،
يا عبادي، كلكم ضالٌّ إلا من هديته، فاستهدوني أهدكم،
يا عبادي، كلكم جائعٌ إلا من أطعمته، فاستطعموني أطعمكم،
يا عبادي، كلكم عارٍ إلا من كسوته، فاستكسوني أكسكم،
يا عبادي، إنكم تخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفر الذنوب جميعاً، فاستغفروني أغفر لكم،
يا عبادي، إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني، ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، كانوا على أتقى قلب رجلٍ واحد منكم، ما زاد ذلك في ملكي شيئاً،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، كانوا على أفجر قلب رجلٍ واحد، ما نقص ذلك من ملكي شيئاً،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، قاموا في صعيدٍ واحدٍ فسألوني، فأعطيت كل إنسان مسألته، ما نقص ذلك مما عندي، إلا كما ينقص المخيط إذا أُدخل البحر،
يا عبادي، إنما هي أعمالكم أُحصيها لكم، ثم أُوفيكم إياها،
فمن وجد خيراً فليحمد الله،
ومن وجد غير ذلك فلا يلومنّ إلا نفسه."

— رواه مسلم

Allah Ta‘ala berfirman:

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.
Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri petunjuk kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri pakaian kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu membahayakan-Ku sehingga kalian bisa membahayakan-Ku, dan kalian juga tidak akan bisa memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian bisa memberi manfaat kepada-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berada di atas hati orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka itu tidak akan menambah sedikit pun dalam kerajaan-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berada di atas hati orang yang paling jahat di antara kalian, maka itu tidak akan mengurangi sedikit pun dari kerajaan-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berdiri di satu tempat lalu meminta kepada-Ku, kemudian Aku beri setiap orang apa yang ia minta, maka itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke laut.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatan kalian, Aku catat untuk kalian, kemudian Aku balas kepada kalian dengan sempurna.
Maka siapa yang mendapati kebaikan, hendaklah ia memuji Allah.
Dan siapa yang mendapati selain itu, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”

(HR. Muslim, no. 2577)


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

> لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا

— رواه الترمذي (2344) وقال: حديث حسن

Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki : ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.

(HR. Tirmidzi 2344)

قال رسول الله ﷺ:

إنّ الرزق لَيَطْلُبُ العبدَ كما يطلبه أَجَلُه، ولو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت، لأدركه رزقه كما يدركه الموت.

Sesungguhnya rezeki itu akan mendatangi seorang hamba sebagaimana ajalnya mendatanginya. Dan seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan tetap mendatanginya sebagaimana kematian akan menjemputnya.



لِيَسْأَلْ أَحَدُكُم رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا، حَتَّى شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ.

Hendaklah salah seorang di antara kalian meminta kepada Rabb-nya segala hajatnya, bahkan jika tali sandalnya putus sekalipun.
(HR. Tirmidzi)

- Yakin dan optimis bahwa Allah telah menanggung rizki seluruh mahluk.
- Banyak berdoa kepada Allah, termasuk dalam hal meminta rizki, bahkan untuk hal yang terlihat remeh.

(QS. An-Nisa: 32):

> وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS. Al-Jumu’ah: 10):

> فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُوا۟ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.

- Jadikan pekerjaan sebagai penunjang kita untuk beribadah kepada Allah.
- Berdoa ketika memasuki masjid.


 اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.
(HR. Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 713)

- Jangan hanya mengandalkan kemampuan kita semata, bergantung pada Allah dalam setiap hal.
- Bila tawakkal pada Allah maka kita akan merasa tenang.

AGAR HARTAMU BERKAH 

Niatkan mencari harta untuk tujuan :
1. Untuk kebutuhan dunia.
2. Untuk menafkahi keluarga

> كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُولُ
(HR. Abu Dawud no. 1692, Ahmad no. 6902)
Cukuplah seseorang dikatakan berdosa apabila ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.

3. Untuk beramal shaleh.

Hendaknya bersikap qonaah terhadap harta.

 لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ، لأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ثَالِثٌ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
(HR. Bukhari no. 6439, Muslim no. 1048)

Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, pasti dia akan menginginkan yang ketiga. Dan tidak ada yang dapat memenuhi (mengenyangkan) mulutnya selain tanah (yakni kematian). Namun Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat.

Jadikan ambisi kita terhadap dunia sekedarnya, seperti kebutuhan kita terhadap toilet.

 إِنَّ أَطْيَبَ الطَّعَامِ صَارَ إِلَى مَا تَعْلَمُونَ
(HR. Ahmad, no. 6907; al-Mu’jam al-Kabir oleh Ath-Thabrani)

Sesungguhnya selezat-lezat makanan akan berakhir sebagaimana yang kalian ketahui (yakni menjadi kotoran).

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
(HR. Ibnu Majah, no. 4105; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 6510)

Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di depan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekadar yang telah ditetapkan. Namun barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai niat utamanya, maka Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan hina.

Kenikmatan akhirat lebih baik dari kenikmatan dunia, maka orang cerdas adalah yang tidak tertipu dengan gemerlap dunia.


لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِندَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
(HR. Tirmidzi no. 2320, Ibnu Majah no. 4110)

Seandainya dunia itu sebanding dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air darinya.

وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
(HR. Muslim no. 2858)

Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa pada jarinya ketika ia mengangkatnya.

MENENTUKAN PROFESI TERTENTU

Adapun menentukan profesi tertentu baik produksi, berdagang, bangunan, atau bertani dan lain sebagainya maka hal ini berbeda-beda sesuai perbedaan manusia. Saya tidak mendapati patokan umum tentang hal itu, tetapi bila seorang bingung 
menentukan profesi tertentu maka hendaknya dia istikharah kepada Allah dengan do’a istikharah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, karena di dalamnya terdapat keberkahan yang tak terbatas. Kemudian pekerjaan yang mudah baginya hendaknya dia tidak berpaling kepada pekerjaan lainnya kecuali jika pekerjaan tersebut terlarang oleh syariat.

Kita akan ditanya dari dua sisi terkait harta :
1. Darimana kita mendapatkan harta ?
2. Bagaimana kita membelanjakan harta ?

ما أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
(HR. Bukhari no. 2072)

Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Dawud 'alaihis salam makan dari hasil kerja tangannya sendiri.

Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.

Bedah kitab Syarhus Sunnah (Bagian 2)

 ﷽ Ustadz Abu Qotadah hafizahullohuta'ala. https://www.youtube.com/live/weYaeaj8Lu4?si=0e-v4M3AFd7RxJxG Kita mengimani bahwa Allah telah...